Senin, 27 September 2010

Angkat Potensi Kesenian Daerah, Festival Reog dan Jathilan Digelar

Jogja – Untuk pertama kalinya Dinas Pariwisata Propinsi DIY menggelar Festival Reog dan Jathilan yang diikuti 12 Peserta kesenian Reog dan Jathilan Se-DIY dan Jateng, di Plasa Monumen SO 1 Maret Jl. Ahmad Yani Yogyakarta, Minggu (26/9). Kegiatan kesenian tradisional daerah ini diselenggarakan untuk mensukseskan program 'Visit Indonesia Year 2010', sekaligus untuk mengangkat potensi daerah sebagai atraksi wisata dan menarik kunjungan wisatawan ke Yogyakarta.

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam sambutannya yang dibacakan Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Djoko Dwiyanto, menyambut baik dan memberikan apresiasi yang tinggi atas penyelenggaraan festival ini oleh Dispar DIY. Menurutnya, kekayaan seni budaya tradisi di indonesia begitu banyak dan beragam karena setiap daerah pasti memiliki kesenian tradisionil yang bisa dibanggakan dan ditampilkan baik yang berasal dari Jawa maupun dari luar Jawa. Dikatakannya Visit Indonesia Year merupakan salah satu usaha memajukan pariwisata di indonesia sehingga masing-masing daerah pun berlomba-lomba ingin mermajukan potensi pariwisata melalui banyak kesenian tradisional yang ada. Semakin banyak potensi kesinian tradisional yang dimunculkan semakin terangkat pula pariwisata yang ada di daerah masing-masing.

“Saya berharap festival ini menjadi bukti usaha kita dalam memelihara, mengembangkan dan meneruskan warisan leluhur budaya bangsa yang tak ternilai harganya. Selain itu, diharapkan mampu memperkokoh ketahanan budaya bangsa dalam menghadapi arus deras globalisasi,” ujarnya.

Festival Reog dan Jathilan yang mengambil tema “Pengembangan Kesenian Tradisional Sebagai Aset Wisata Budaya yang Beranjak Kearifan Lokal” ini akan berlangsung mulai pukul 10.00 dengan masing-masing peserta diberi waktu penyajian selama 20 menit.

Kepala Dinas Pariwisata Propinsi DIY, Drs. Tazbir, M.Hum mengatakan kegiatan ini merupakan sesuatu yang sangat tradisional tetapi riil hidup di tengah-tengah masyarakat khususnya di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Digelarnya festival reog dan jathilan ini mempunyai beberapa misi yaiti misi pelestarian terhadap kesenian tradisional, misi pariwisata dan misi penghargaan terhadap prestasi di bidang kesenian.

“Kami sengaja mengubah bentuk kesenian reog dan jathilan ini dengan kemasan yang lebih tertata, Kalau biasanya reog tampil di pinggiran, sekarang kami bawa dan dipertunjukkan agar ada penataan yang lebih baik ,khususnya ada penataan pada kostum agar lebih menarik,” katanya di sela-sela acara.

Tazbir menambahkan pihaknya berharap setelah kegiatan ini ada yang terseleksi dan nantinya dapat ditampilkan di event-event berikutnya, apalagi kegiatan ini mendapat apresiasi yang luar biasa dari masyarakat. “Selama ini kita hanya diperlihatkan pada tarian klasik, tarian panggung yang lebih lembut, nah sekarang kita coba tampilkan atraksi yang lebih atraktif luar ruangan,” imbuhnya.

Dalam Festival Reog dan Jathilan 2010 ini satu yang menarik adalah ketika kelompok kesenian dari Temanggung yang menampilkan kesenian jathilan yang lebih atraktif dari jathilan biasanya. Atraksi yang dikomandoi dua anak yang menggunakan topeng, kesenian dari kelompok Kuda Lumping Asmara Tunggal Kaloran Temanggung berlangsung komunikatif bahkan ada dialog dengan penonton. Serunya lagi anak-anak pengiring kelompok jathilan ini dengan kompak menyanyikan lagu anak-anak Sluku Bathok versi Rap.

Sementara kedua belas peserta tersebut diantaranya adalah Sanggar Bunda Pertiwi ( Kota Yogyakarta), Krida Bekso Lumaksana ( Bantul), Kala Singgah (Kulonprogo), Grup Reog Kalasan ( Sleman), Grup Reog Mekar Budaya (Gunungkidul), Jathilan Kuda Kuncara Sekti ( Bantul), Jathilan Incling Kokap (Kulonprogo), Grup Jathilan Minggir (Sleman), Grup Jathilan Desa Jeruk Wudel (Gunungkidul) dan Kuda Lumping Asmara Tunggal Kaloran (Temanggung).**(eyu).

Label: , , , , , ,

30 Museum di DIY Ikut Kirab Festival Museum 2010

Jogja – Sebuah peluru kendali atau rudal dengan ukuran sekitar 3 meter, koleksi Museum Dirgantara TNI AU Yogyakarta “membelah” sepanjang Jalan Malioboro dalam rangkaian kegiatan Festival Museum 2010, Minggu (26/9). Keikutsertaan Museum Dirgantara TNI AU ini mendapat perhatian lebih dari masyarakat maupun pengunjung Malioboro yang menyaksikan kirab pembukaan Festival Museum 2010.

Festival Museum 2010 yang mengambil tema Gerakan Nasional Cinta Museum, Museum di Hatiku ini diawali dengan pertunjukkan opera karnaval di depan Istana Negara Gedung Agung Yogyakarta. Opera ini sendiri menggambarkan keprihatinan dan solidaritas atas hilangnya koleksi emas dan benda cagar budaya milik Museum Sonobudoyo. Selain opera juga ditampilkan tarian prajurit dari Mangiran Srandakan Bantul disusul dengan Jathilan yang sekaligus menandai pembukaan Festival Museum 2010.

Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi DIY Djoko Dwiyanto, mengatakan kegiatan Festival Museum 2010 ini melibatkan tiga institusi utama yaitu Dinas Kebudayaan, Badah Musyawarah Musea (Barahmus) DIY dan Museum Benteng Vredeburg. Ia menjelaskan gatakan, selain opera karnaval, pihaknya juga akan melakukan pameran bersama lebih dari 30 museum yang bertempat di Museum Benteng Vredeburg, sekaligus pemutaran perdana film tiga dimensi (3D) pidato proklamasi oleh Presiden Soekarno.
"Sasaran utama dari kegiatan ini adalah agar masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya dapat lebih mencintai dan menghargai budaya bangsa melalui museum," ujarnya.

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam sambutannya yang dibacakan Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Pemerintah Propinsi DIY, Dr. Andung Prihadi M.Kes mengatakan, melalui program tahun kunjungan museum diharapkan terjadi peningkatan dari sisi kunjungan pengunjung ke museum. Ia menuturkan, museum adalah wahana pembelajaran masyarakat dan media pelestarian warisan budaya, sehingga perlu dinamisasi lebih menarik bagi masyarakat."Melalui kegiatan gerakan kunjungan museum tersebut, diharapkan museum-museum di Indonesia akan lebih menarik, sehingga pengunjungnya pun akan meningkat," katanya.

Sementara, kirab Festival Museum 2010 yang dimulai dari Taman Parkir Abu Bakar Ali dan berakhir di Alun-Alun Utara Yogyakarta ini menampilkan benda-benda koleksi dari 30 museum yang ikut dalam event tahunan ini. Museum Babadab Puro Pakualaman menjadi museum pertama yang menunjukkan benda koleksinya berupa kereta kencana, diikuti defile Bregada Prajurit Ganggang Samudra kemudian diikuti parade dari Museum Monumen Pangeran Diponegoro. Selain itu, masih terdapat sejumlah museum lain di antaranya adalah Museum Sonobudoyo, Museum Wayang Kekayon, Museum Sandi Negara, Museum Bahari, Museum TNI AU dan Museum Biologi. **(eyu)

Label: , , , , ,

Sabtu, 25 September 2010

Opera Karnaval Akan Awali Festival Museum 2010

Jogja – Ditengah keprihatinan atas hilangnya sejumlah benda cagar budaya dan artefak koleksi Museum Sonobudoyo Yogyakarta, Badan Musyawarah Musea (Barahmus) DIY yang bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan Propinsi DIY tetap akan menggelar Festival Museum 2010 pada tanggal 26 September - 1 Oktober 2010 mendatang. Festival Museum 2010 yang akan diikuti 30 museum yang ada di DIY ini diselenggarakan untuk mendukung program tahun kunjungan museum 2010 dan menggalakkan gerakan nasional cinta museum yang telah dicanangkan pemerintah.

Ketua Panitia Festival Museum 2010, RM. Donny S Megananda mengatakan, festival museum merupakan event tahunan yang akan diawali dengan opera karnaval yang merupakan repertoar kolosal yang akan menampilkan aksi keprihatinan akan hilangnya benda cagar budaya koleksi emas Museum Sonobudoyo. Opera karnaval yang dimainkan oleh peserta dari museum-museum di DIY ini akan berjalan di sepanjang jalan Malioboro, pada 26 September 2010 yang akan dimulai dari Taman Parkir Abu Bakar Ali menuju ke depan Istana Negara Gedung Agung. Opera Karnaval dalam bentuk Kirab Museum yang memadukan elemen benda koleksi museum ini menjadi sebuah alur pertunjukan utuh yang tetap menonjolkan ciri identitas dan keunikan diantaranya rudal raksasa TNI AU, defile pasukan jaman dahulu dengan baju & senjata asli, koleksi benda budaya, kendaraan hias, dll.

"Opera karnaval yang berupa kirab ini akan mengawali Festival Museum 2010. Peserta kirab dari masing-masing museum akan menampilkan koleksi-koleksi asli museum di hadapan masyarakat. Benda-benda koleksi yang diperlihatkan ini memiliki kisah menarik dalam perjalanan budaya masyarakat Indonesia," katanya ketika ditemui di Benteng Vredeburg Yogyakarta, Jumat (24/9).

Festival Museum 2010 yang bertemakan “Gerakan Nasional Cinta Museum untuk mewujudkan Museum di Hatiku dengan Mensukseskan Tahun Kunjung Museum 2010” ini akan menampilkan beragam kegiatan unggulan seperti pameran Bersama 30 lebih museum-museum di DIY yang bertempat di kompleks Museum Benteng Vredeburg, menampilkan ratusan koleksi bersejarah dan mahakarya budaya tradisi bangsa; Open House Istana Kepresidenan Gedung Agung Yogyakarta selama festival museum berlangsung; Peluncuran Perdana Film Animasi 3-Dimensi Proklamasi Kemerdekaan & Pemutaran Film-film Sejarah Perjuangan di Kompleks Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta; dan kegiatan sepedaan Friends of Museum di hari terakhir, Jumat 1 Oktober 2010 mulai jam 14.00 WIB sekaligus sebagai rangkaian acara penutupan dengan berkeliling ke museum-museum di kota Yogyakarta.

Kepala Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, Dra. Sri Ediningsih, M.Hum mengatakan tahun kunjungan museum 2010 ini merupakan sebuah momentum awal dari gerakan nasional cinta museum yang sekaligus menjadi upaya untuk memperkuat posisi museum sebagai jendela budaya dan bagian dari pranata kehidupan sosial budaya Bangsa Indonesia.**(Eyu)

Label: , , , , , ,

Jumat, 24 September 2010

Jogja International Street Performance 2010 Siap Jadi Ikon Yogyakarta

Jogja – Satu lagi lahir sebuah event internasional yang melibatkan seniman-seniman dari berbagai negara. Tujuh Negara dipastikan ikut serta dalam perhelatan Jogja International Street Performance (JISP) 2010, sebuah kegiatan yang diharapkan menjadi ruang silaturahmi budaya antara bangsa.

Event yang baru akan digelar untuk kali pertama ini merupakan suatu kegiatan pemersatu kebudayaan dan membangun komunikasi dengan mengesampingkan suku, ras dan budaya, baik antar daerah maupun antar negara yang dikemas melalui kegiatan berkesenian bersama dalam wadah international street performance. Kegiatan Jogja International Street Performance 2010 yang akan digelar 2 - 5 Oktober 2010 di sepanjang Jalan Panembahan Senopati dan Taman Budaya Yogyakarta ini mengambil tema “Arts For Peace”, yang membawa harapan akan sebuah aksi perdamaian yang dapat dilakukan melalui aksi berkesenian bersama.

Menurut Event Director JISP 2010, Bambang Paningron, kegiatan ini diharapkan menjadi sebuah ajang terciptanya komunikasi dan persaudaraan menuju pada sebuah suasana damai. Rencananya event ini akan menjadi agenda tahunan dimana semua seniman, baik seniman kontemporer dan tradisional bebas berkreasi menunjukkan karya kreatifitasnya. Mereka akan berkreasi dengan jalan raya sebagai panggung pertunjukkan selain itu dalam acara ini akan tercipta suatu kesempatan untuk berinteraksi hingga terjadi suatu kolaborasi antar pelaku seni dari berbagai negara. Para seniman dari berbagai negara ini nantinya akan mengapresiasikan seni dari wilayah dan negara mereka.

“Event ini akan melibatkan seniman asing, baik yang ada di Jogja maupun seniman yang memang kami datangkan langsung dari negaranya. Ada 18 orang seniman yang sengaja kami datangkan dan ini merupakan apresiasi yang tinggi buat mereka karena berkenan memeriahkan JISP,” jelasnya dalam press conference di Dinas Pariwisata DIY, Jumat (24/9).

“Arts For Peace” yang diusung Jogja International Street Performance 2010 ini akan diselenggarakan selama empat hari, yakni pada tanggal 2-5 Oktober 2010 yang akan diikuti oleh seniman dari Indonesia, Jepang, India, Chile, Spanyol, Hongaria dan Venezuela. Pada hari pertama, yakni tanggal 2 Oktober 2010, acara akan digelar di sepanjang Jl. Panembahan Senopati Yogyakarta, yang akan menampilkan Marching Band, Andong Hias, Luisfer Silva dari Venezuela, Pawai Batik, Japan Odoricholic, Korea and Samulnori, Balai Saraswati, serta perwakilan Performance dari Kabupaten Gunungkidul, Kulon Progo, Sleman, Bantul, dan Kota Yogyakarta. Sementara untuk hari kedua, 3 Oktober 2010 kegiatan akan digelar di Gedung Societet Taman Budaya Yogyakarta yang akan menampilkan Angela Lopez (Spanyol), Josef Gazdag (Hongaria), Didik Nini Thowok (Indonesia), dan Poodja Bhatnagar (India). Hari ketiga, 4 Oktober 2010 ditempat yang sama akan tampil Miho Konai (Jepang), Alejandro Pino (Chile) dan Yuri Ozawa (Jepang). Hari keempat, 5 Oktober 2010 menampilkan Tembi Dance (Indonesia), Jun Amanto (Jepang) dan Mao Arata and Genjindan (Jepang).

“Kami berharap dalam kegiatan ini akan muncul garapan-garapan baru yang belum pernah ditampilkan, artinya kesenian yang ditampilkan tidak semata-mata hanya ikut-ikutan saja tetapi harus ada kreasi baru. Tidak ada tari angguk yang seperti biasanya,misalkan begitu,” imbuhnya.

Sementara Sekretaris Dinas Pariwisata Propinsi DIY, Wibisono berharap event ini dapat menjadi ikon Yogyakarta, sehingga bisa menjadi salah satu destinasi wisata dan menjadi daya tarik wisatawan asing. Acara yang digelar gratis untuk masyarakat umum ini juga menjadi salah satu sarana aksi perdamaian dan ajang silaturahmi antar budaya antar bangsa. Jangan sampai event ini hanya menjadi kegiatan yang berupa seremonial saja melainkan dapat terus berkembang di masa mendatang.**(eyu)

Label: , , , , ,

Anjungan Budaya Polewali Mandar Lengkapi Kekayaan Budaya di Yogya

Jogja – Keanekaragaman budaya dari berbagai macam daerah di Indonesia yang melebur menjadi satu di Yogyakarta diharapkan dapat menjadi kekayaan sekaligus sarana untuk belajar bagi siapa saja. Kebudayaan dari berbagai daerah yang ada di kota gudeg ini pun diharapkan mampu menjadi alat pemersatu bangsa.

Berbagai asrama mahasiswa dari masing-masing daerah di Indonesia yang ada di Yogyakarta ini pun dapat menjadi sarana saling bertukar informasi antar mahasiswa dan pelajar se-Nusantara. Keberadaan Asrama mahasiswa yang dijadikan Anjungan budaya menjadi salah satu kekayaan yang dimiliki Yogyakarta.

Hal tersebut disampaikan Walikota Yogyakarta Herry Zudianto saat meresmikan Anjungan Budaya Nusantara Polewali Mandar di Asrama Mahasiswa Polewali di Jalan Taman Siswa Gg. Brojohito Yogyakarta, Jumat (24/9).

Menurut Herry, siapapun yang tinggal di Yogyakarta yang datang dari berbagai daerah termasuk yang tinggal dan menetap di Yogyakarta, diharapkan mampu dan bisa mencintai serta ikut membangun Jogja, khususnya dalam hal pariwisata. Dikatakan Herry, didirikannya anjungan budaya ini untuk mendorong siapapun yang belajar di Jogja dan ikut melestarikan budaya Jogja. “Saya harap anjungan budaya yang ada di Jogja, termasuk anjungan budaya polewali yang ada di asrama mahasiswa ini bisa menjadi “Jogja banget” yang memiliki jiwa dan roh bagi Jogja,” katanya saat memberikan sambutan.

Peresmian Anjungan Budaya Nusantara Polewali Mandar yang juga dihadiri Sekda Kabupaten Polewali Mandar, HM Natsir bersama jajaran Pemerintah Kabupaten Polewali ini menjadi yang ke 10 Anjungan Budaya Nusantara yang dimiliki Yogyakarta. Diharapkan asrama dan anjungan budaya nusantara ini mampu merajut sekaligus mempererat persatuan dan sebagai alat komunikasi sosial bagi masyarakat.

Walikota Yogyakarta juga mengucapkan terima kasih dan menyambut baik serta bahagia karena surat yang ditujukan kepada pemerintah kabupaten Polewali Mandar direspon sehingga Asrama dan Anjungan Budaya Nusantara ini dapat berdiri. “Saya berharap ini menjadi penyemangat dan mampu diikuti daerah lain yang ingin mendirikan anjungan budaya di Yogyakarta,” imbuhnya.

Herry Zudianto juga menyinggung perihal rencana pembangunan XT Square (eks terminal Umbulharjo, yang diharapkan dapat mendukung pariwisata DIY dan memberi kesempatan agar budaya daerah ikut maju dan dikenal di Yogyakarta. Pemerintah kota Yogyakarta pada Juli 2011 direncanakan akan mendirikan Zona Nusantara di areal XT Square (eks terminal Umbulharjo),yang digunakan untuk menampung kerajinan di seluruh Indonesia yang dapat dipromosikan sekaligus pusat penjualan kerajinan nusantara.*(eyu)

Label: , , , , , , ,

Lomba Foto Pariwisata Jogja Dalam Lensa 2010

Jogja– Dalam rangka memperingati hari ulang tahun kota Yogyakarta ke 254 , Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta kembali akan menyelenggarakan Lomba Foto Pariwisata Jogja Dalam Lensa 2010. Lomba Foto Pariwisata 2010 ini diharapkan dapat menarik wisatawan pada umumnya dan para pecinta fotografi pada khususnya.

Menurut Ketua Panitia Lomba,Drs. Bysry Romley, kegiatan yang akan diselenggarakan 16 Oktober 2010 mendatang ini mengambil tema tentang Jogja Java Carnival sehingga harapannya sasaran pemotretan ada pada seluruh rangkaian acara JJC 2010 yang akan diselenggarakan di sepanjang Malioboro pada 16 Oktober 2010. Bysry mengatakan kegiatan lomba foto ini dimaksudkan untuk mendokumentasikan segala aktivitas pada pergelaran JJC 2010 dalam karya fotografi.

“Selain mendokumentasikan aktivitas JJC 2010, kegiatan ini juga untuk mendorong kreativitas dan produktivitas seniman foto untuk mengabadikan momen Jogja Java Carnival. Kegiatan ini juga untuk menjadikan karya foto sebagai bahan promosi dan informasi pariwisata kota Yogyakarta serta menambah jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kota Yogyakarta khususnya pada saat diselenggarakannya JJC 2010,” katanya Jumat (24/9).

Kegiatan Lomba Foto Pariwisata 2010 yang terbuka untuk umum dan akan memperebutkan total hadiah Rp 20 Juta ini tidak dipungut biaya dan diharapkan dapat diikuti fotografer profesional maupun amatir baik nasional maupun internasional. Bysry menambahkan beberapa ketentuan teknis yang harus dipenuhi para peserta antara lain karya foto dikirimkan dalam amplop tertutup, dengan tulisan LOMBA FOTO PARIWISATA KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2010 yang ditujukan kepada PANITIA LOMBA FOTO PARIWISATA JOGJA DALAM LENSA 2010 d/a. Jl. Suroto No. 11 Kotabaru Yogyakarta 55224, atau diantar sendiri ke alamat tersebut.

Sementara untuk obyek pemotretan adalah event Jogja Java Carnival 2010 yang diselenggarakan pada tanggal 16 Oktober 2010 di kawasan Malioboro. Peserta diberi kesempatan untuk mengirimkan 10 karya foto, yang merupakan karya pribadi bukan karya orang lain dan belum pernah dipublikasikan ke media massa dan belum pernah memenangkan lomba foto dimanapun. Peserta bebas menggunakan segala tipe kamera, baik digital maupun analog. Foto merupakan hasil print out diatas kertas (berwarna atau hitam putih) ukuran 12 R, Sisi terpanjang 40 cm dan minimal 30 cm, sisi pendek mengikuti format yang dipilih fotografer tanpa mounting. Dibalik foto ditempel kertas berisi nama, alamat, keterangan judul, serta nomor telepon yang bisa dihubungi dan peserta lomba wajib menyertakan soft copynya dalm bentuk CD.

Selain itu ketentuan teknis lain adalah tiap peserta tidak diperkenankan memanipulasi foto, olah digital diperbolehkan sebatas burning, dodging, sharpening dan cropping tanpa mengubah nilai dokumentasi karya. Karya yang dikirimkan menjadi milik panitia dan panitia berhak menggunakan karya yang dikirim sebagai bahan publikasi pariwisata/umum tanpa batas waktu yang ditentukan.

Jadwal pengumpulan karya foto dilakukan 18 – 25 Oktober 2010, sementara penjurian dilakukan pada 2 November 2010 di Ruang Seminar Taman Budaya Yogyakarta. Sedangkan pengumuman pemenang langsung akan dilakukan setelah penjurian. Untuk hadiah bagi pemenang akan dilakukan 13 November 2010, sementara pameran hasil lomba foto akan digelar 13 – 16 November 2010.

Lomba Foto Pariwisata Kota Yogyakarta 2010 ini akan memperebutkan hadiah total Rp 20 Juta dengan rincian Juara I Rp. 5 Juta, Juara II Rp 3,5 Juta, Juara III Rp. 2,5 Juta, selain itu juga dipilih 30 nominator yang masing-masing karyanya akan dihargai Rp. 300 Ribu. Pajak hadiah menjadi tanggungan para pemenang.

Lomba Foto Pariwisata Kota Yogyakarta 2010 ini akan dinilai oleh dewan juri yang terdiri dari Herry Wiyanto, A.FPSI (Fotografer Profesional - Magelang), Nofria Doni Fitri, A.FPSI (Dosen Fotografi dan Praktisi Foto - Jogja), Tonisuria (Fotografer Profesional - Jogja), Drs. Risman Marah (Dosen Fotografi dan Praktisi Foto - Jogja), dan Budi Prast (Wartawan Foto Kabare Magazine). **(eyu)

Label: , , , , , , ,

Kamis, 23 September 2010

Kenduri Rakyat Untuk Mempertahankan Keistimewaan DIY

Jogja – Kawula Ngayogyakarta Hadiningrat tetap konsisten dalam memperjuangkan dan mempertahankan keistimewaan DIY, yang diwujudkan dalam Kenduri Rakyat yang digelar di selasar Gedung DPRD Propinsi DIY Jl. Malioboro Yogyakarta, Kamis pagi (23/9).

Puluhan orang yang mengenakan pakaian adat jawa ini berdoa di depan sejumlah tumpeng dan uba rampe lainnya dan berharap agar wakil rakyat yang duduk di DPRD DIY ikut berjuang mempertahankan keistimewaan DIY. Menurut salah satu pelaku budaya adat yang menjadi koordinator Kenduri Rakyat, Sugeng Santoso, kegiatan ini dimaksudkan untuk mempertahankan keistimewaan DIY sebagai pusat kebudayaan, pusat pendidikan yang harus mencerminkan bangsa Indonesia. Kebangkitan kebudayaan adat itu sendiri harus disamakan melalui pintu yang sama karena jati diri bangsa Indonesia terletak pada bagaimana kita menghargai budaya itu.

“Jika budaya kita tinggalkan, jatidiri bangsa ini akan kacau balau. Kita ingin mengembalikan jatidiri bangsa ini melalui peran kebudayaan,” ujarnya ketika ditemui di sela-sela kegiatan.

Dalam Kenduri Rakyat ini Kawula Ngayogyakarta Hadiningrat menuntut kepada anggota dewan DPRD DIY agar ikut memperjuangkan mempertahankan keistimewaan DIY dan menyampaikan aspirasi rakyat Yogyakarta kepada pemerintah pusat. Kawula Ngayogyakarta Hadiningrat juga menegaskan bahwa keistimewaan DIY adalah harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar yakni menetapkan Sri Sultan Hamengku Buwono sebagai gubernur dan Sri Paduka Pakualam sebagai wakil gubernur. “Kalaupun Sultan HB X tidak lagi berkenan menjabat gubernur DIY karena alasan usia, itu bisa dipahami, yang penting adalah pemerintah harus mengesahkan RUU keistimewaan DIY menjadi UU dan Sultan hendaknya menunjuk siapa yang akan menggantikannya,” pungkasnya.**(eyu)

Label: , , , , ,

Hitam Putih Qbro Pandam

Jogja - Beragam warna seringkali terlihat dalam setiap karya seni lukis yang ditunjukkan sebagian besar seniman, namun tidak bagi Q`bro Pandam yang justru memainkan warna hitam putih dalam setiap karyanya. Karya hitam putih pun selama ini nyaris kian tersisihkan dalam dunia seni rupa di Indonesia, khususnya di Yogyakarta.

Sebanyak 34 karya hitam putih yang dihasilkannya Q`bro Pandam sejak 2006 – 2010, dipajang dalam Pameran Tunggal Seni Rupa Dua Dimensi, di Galeri Posnya Seni Godod, Jl. Suryodiningratan Yogyakarta, 22 September – 1 Oktober 2010.

Meski baru aktif menghasilkan karya hitam putih pada 1995 lalu, namun seniman kelahiran Singajara Bali ini mengaku semakin nyaman dengan karya hitam putih yang dihasilkannya. Menurutnya karya lukisan hitam sekarang ini memang semakin termarjinalkan dalam seni rupa tanah air bahkan banyak yang menganggap karya hitam putih itu memiliki strata yang lebih rendah dari karya berwarna.

"Saya beralih ke hitam putih karena didesak oleh kegelisahan saya dalam membuat karya berwarna hingga akhirnya saya memutuskan untuk membuat karya hitam putih yang menurut saya juga merupakan karya berwarna yaitu hitam dan putih," ungkapnya.

Meski karya dua dimensi hitam putih kian tersingkirkan, namun seniman yang memiliki nama asli RM Murdaning Pandamprana ini akan terus berjuang di dunia seni rupa hitam putih yang menurutnya justru sangat selaras dan tegas. Karya hitam putih, bagi banyak orang masih dianggap sebagai karya yang kurang populer untuk dipamerkan, apalagi untuk dibeli dan dikoleksi. Parahnya lagi, karya hitam putih mungkin dianggap tidak 'menjual'.

"Setiap kali akan menggelar pameran hitam putih, pihak galeri bukannya menolak, tapi pasti akan bertanya kalau karya yang akan dipamerkan adalah hitam putih dan tidak akan laku jika dijual," katanya.

Meski banyak pihak yang menganggap rendah kualitas dari karya hitam putih namun seniman yang sekarang berdomisili di Serang Banten ini justru merasa terpanggil untuk menyangkal apa yang selama ini ditanamkan oleh banyak pihak mengenai karya hitam putih, bahkan itu menjadi sebuah tantangan tersendiri yang harus dihadapi.**(eyu)

Label: , , , , , ,

Warga Tionghoa Rayakan Perayaan Tiong Jiu

Jogja – Suasana di klenteng poncowinatan, Rabu malam (22/9) tidak seperti biasanya. Suara klonengan musik pengiring atraksi barongsai dan liong menambah semarak suasana malam itu. Dengan tata cahaya lampu yang terang, masyarakat sekitar maupun tamu yang datang terlihat antusias menyaksikan atraksi barongsai dan liong yang menari meliuk-liuk di persis di halaman Klenteng tertua di Yogyakarta ini.

Warga Tionghoa dari berbagai agama beserta masyarakat, Rabu (22/9) merayakan perayaan Bulan Purnama (Tiong Jiu) di Klenteng Poncowinatan Yogyakarta. Perayaan Tiong Jiu ini merupakan perayaan paling populer di kalangan masyarakat tionghoa di pelbagai pelosok dunia. Meski demikian, di Indonesia Tiong Jiu lama tidak dirayakan dan di Yogyakarta ini adalah kali kedua setelah pada tahun lalu juga dirayakan di tempat yang sama.

Kegiatan yang digagas Jogja Chinese Art and Culture Centre (JCACC) ini bertujuan untuk merayakan bulan purnama yang muncul secara penuh setiap tanggal 15 dan perayaan ini juga dilengkapi dengan pembagian kue bulan kepada rakyat yang hadir dalam kegiatan ini khususnya memberikan bantuan kepada masyarakat kurang mampu.

Menurut Ketua Panitia Tiong Jiu, Agung Budiyono, tradisi Tiong Jiu ini diisi dengan ritual sembayang untuk mengenang tokoh yang telah tiada, untuk meminta keselamatan, kedamaian dan kemakmuran bagi rakyat Tionghoa, rakyat Yogyakarta dan rakyat Indonesia pada umumnya. Selain itu juga diadakan pelelangan kalung yang sudah dikalungkan di patung Budha Makto. Pelelangan kalung yang sebanyak sepuluh buah ini ditujukan kepada siapa saja dan bagi orang yang mengenakan kalung itu akan mendapatkan keselamatan dan serta kemurahan rejeki.

“Siapa saja boleh memiliki kalung ini asalkan berhasil memenangkan lelang. Siapa yang memakai kalung ini akan mendapat berkah. Sementara hasil lelang akan digunakan untuk pembangunan Klenteng,” ujarnya.’

Perayaan Tiong Jiu yang dimeriahkan dengan berbagai macam atraksi kesenian Tionghoa seperti barongsai dan liong serta musik keroncong ini diperuntukkan bagi semua rakyat tiongkok dan semua warga serta tidak tertutup bagi agama lain. Meski tadi malam,bulan purnama tidak terlihat karena hujan, namun warga Tionghoa meyakini bahwa bulan purnama tetap ada namun tertutup oleh awan. “Jika imlek ada hujan diyakini banyak berkah namun kali ini karena suasana iklim yang tidak menentu ya bulan tidak terlihat, selain itu juga tidak ada makna tersendiri jika bulan tidak Nampak, “ imbuhnya.

Perayaan Tiong Jiu juga tidak lengkap jika tidak disertai dengan kue bulan. Perayaan kue bulan ini sendiri bertujuan agar ada kesatuan dan kedamaian antar umat Tionghoa di Yogyakarta. Jika hal ini bisa tercapai, maka diharapkan kedamaian dan kesatuan juga bisa dialami masyarakat di Indonesia.**( eyu).

Label: , , , , , , , ,

Rabu, 22 September 2010

Gameloft Bangun Industri Game di Yogyakarta

Jogja - Penggemar game di Yogyakarta tergolong sangat tinggi, bahkan game stationnya paling banyak dan terbesar dibandingkan kota-kota lain. Game Station yang ada di Yogyakarta yang berskala besar setidaknya tercatat ada lebih dari 100 game center yang memiliki lebih dari 40 monitor. Sedangkan game center yang kecil atau yang hanya mempunyai di bawah 40 monitor, jumlahnya juga mencapai lebih dari 100 tempat.

Ketua International Game Development Asosiation (IGDA), Samuel Hendry
mengatakan di Yogyakarta ada belasan produser game namun penjualannya tidak di Indonesia melainkan ke luar negeri. Produser game itu pun bisa perorangan maupun yang sudah mempunyai PH (production house). Sementara penggemar game di Indonesia, Yogyakarta tergolong yang cukup tinggi bahkan game stationnya bisa dikatakan terbesar dibandingkan kota lainnya di Indonesia.

Dikatakan Samuel, saat ini di Yogyakarta muncul perusahaan game raksasa asal Perancis yakni Gameloft yang mengajak para penggemar game untuk berkreasi dan menjadikan Industri game sebagai karier. Gameloft yang membuka studio game di Yogyakarta dan akan menempati gedung pacific building di Jalan Laksda Adisucipto ini akan merekrut sedikitnya 250 orang untuk berkarier dalam dunia game sebagai mata pencaharian.

Ada beberapa lowongan kerja bagi para mahasiswa yang sudah lulus dan mesyarakat luas untuk mengajukan lamaran. Antara lain sebagai game programmer, geme tester, 2d graphic artist, game designer dan video game producer. “Ini peluang bagi para gamer untuk berkreasi di industri game, main game itu tidak negatif, apalagi bisa berkreasi di industri ini maka sangat menguntungkan,” katanya di Sagan Resto, Rabu (22/9).

Sementara Sébastian Auligny, General Director Grup Studio Manager Gameloft mengatakan produsen permainan digital yang sudah merambah telepun selular, komputer, game station, dan beberapa waktu lalu sudah masuk ke jejaring sosial seperti facebook dan itu sudah menciptakan ratusan ribu game yang digemari masyarakat. Antara lain gangstar, hero of sparta, terminator salvation, shrek dan lain-lain.

Sedangkan alasan produser game itu memilih Yogyakarta sebagai tempat untuk memproduksi game, karena banyak sumber daya masyarakat yang sangat kapabel di dalam dunia game. Selain itu juga banyak yang mahir dalam desain grafis, baik dua dimensi maupun video grafisnya.

“Setelah berkeliling ke beberapa kampus, kami tertarik untuk merekrut alumnus dari berbagai universitas di Yogyakarta, lulusannya sangat berkualitas dan cocok bagi perusahaan kami,” kata Sébastian Auligny yang berbicara dalam bahasa inggris.

Gameloft sendiri mempunyai target membidik 4 miliar handset (telepon selular) untuk menggunakan game produksinya pada 2012, mempekerjakan 4000 orang dan saat ini bisa menjual 3 macam game setiap detiknya secara online.**(eyu).

Label: , , , , ,

Sabtu, 18 September 2010

Masangin Yang Tak Pernah Sepi

Jogja – Bagi Anda yang sedang berkunjung ke Yogyakarta di penghujung libur lebaran ini, tentunya tidak ingin melewatkan obyek wisata yang satu ini. Jika ada waktu, Anda bisa berkunjung ke Alun-Alun Selatan atau Alun-Alun Kidul Yogyakarta, sekedar nongkrong ataupun bermain masangin.

Ruang lapang yang terletak di belakang Kompleks Keraton Yogyakarta ini sudah menjadi elemen penting dimana keberadaanya sangat lekat di hati masyarakat Kota Yogyakarta, bahkan tanah lapang dengan dua beringin besar di tengahnya ini memiliki magnet tersendiri yang menyebabkan orang-orang datang berbondong-bondong ke kawasan ini. Salah satu magnet penarik wisatawan tersebut adalah tradisi Masangin atau berjalan masuk di antara dua pohon beringin yang berada tepat di tengah alun-alun. Bagi sebagian masyarakat, tradisi ini dipercaya dapat memberikan berkah atas permohonan yang disampaikan dalam kondisi mata tertutup.

Kepercayaan terhadap tradisi Masangin ini tidak diketahui oleh semua orang bahkan banyak pengunjung yang datang ke Alun-Alun Selatan ini hanya sekedar bermain dan mencoba masuk diantara dua beringin dengan berjalan dalam kondisi mata tertutup. Salah satu pengunjung yang sekedar ingin bermain dan tidak mengetahui tentang tradisi masangin ini adalah Selmi, pengunjung dari Surabaya yang mencoba berkali-kali masuk diantara dua beringin ini.

“Cuma iseng aja kok,mas. Pengen nyoba kayak teman-teman yang lain, kalau soal makna atau arti sama sekali gak tau. Mumpung liburan ke Jogja dan mampir ke alun-alun, jadi ya gak ada salahnya nyoba,” kata karyawan swasta yang ditemui di jogjatrip.com di Alun-Alun Selatan, Jumat (17/9).

Sementara Wiyono (79) salah satu orang yang menyewakan penutup mata mengatakan ramainya pengunjung yang bermain masangin tidak hanya lebaran saja tetapi siang sampai malam hari di hari biasa pun tidak pernah sepi dari pengunjung. Di Alun-Alun Selatan ini Wiyono hanya bekerja setengah hari dengan menyewakan syal penutup mata kepada pengunjung dengan harga Rp 3.000 per orang untuk tiga kali pakai. “Ramainya pengunjung tidak hanya lebaran saja, tiap hari pun banyak yang datang. Siapa saja yang datang selalu penasaran ingin mencoba bermain masangin,” katanya.

Seiring perkembangan waktu, sebagian besar wisatawan yang bermain Masangin tak lagi didorong keinginan untuk mencari peruntungan, tetapi hanya untuk bersenang-senang dan mencoba pengalaman baru. Jika berhasil mereka akan merasa gembira, tapi jika gagal tidak menjadi masalah dan pengunjung tetap bisa menikmatinya.**(eyu)

Label: , , ,

Kamis, 16 September 2010

Demi Melestarikan Batik, BLH Kota Yogyakarta Sarungi Pohon

Jogja – Untuk melestarikan batik khususnya di ruang terbuka, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Yogyakarta membuat gerakan positif berupa pemasangan sarung batik pada sejumlah pohon di beberapa lokasi di kawasan Malioboro.

Kepala BLH Kota Yogyakarta Suyana mengatakan, setidaknya ada sekitar 200 pohon yang dipasangi sarung bermotif batik. Pohon-pohon yang disarungi batik tersebut sudah mulai terlihat di sepanjang kawasan Malioboro hingga di depan Istana Negara Gedung Agung. Selain itu pohon disarungi batik juga terdapat di jalan Pangeran Senopati, serta kompleks Balai Kota Yogyakarta. Dikatakan Suyana, motif batik yang dipakai adalah khas Yogyakarta, seperti Barong dan Ceplok Bolu Rambat.

“Kami sengaja membuat satu terobosoan untuk melestarikan batik. Jika dulu pohon dicat garis-garis hitam putih melingkar, saat ini kita hias pohon dengan kain motif batik,” katanya ketika ditemui di ruang kerjanya, Kamis (16/9).

Pemasangan kain motif batik di pohon-pohon tersebut, lanjutnya bertujuan untuk memperindah Yogyakarta sebagai Kota Pariwisata, sekaligus untuk menjaga pohon, dan melestarikan batik. Sementara ide awal pemasangan tersebut terinspirasi dari seniman yang telah melakukan hal sama pada penyelenggaraan Bienalle Yogyakarta, beberapa waktu lalu.
“Sarung batik yang kita gunakan adalah kain berbahan media print out door yang tahan hingga satu tahun,” pungkasnya.**(eyu)

Label: , , , , ,

Selasa, 14 September 2010

Sultan : “Atasi Malioboro Harus Ada 30 Ribu Square Meter Area Untuk Parkir”

Jogja – Kepadatan dan kesemrawutan arus lalu lintas yang terjadi di kawasan Malioboro, terlebih minimnya area parkir menjadi keprihatinan tersendiri bagi Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X. Menurut Sultan, jika kawasan Malioboro dan sekitarnya tidak segera ditata khususnya penyediaan lahan parkir maka semakin lama kawasan ini akan terus, tidak hanya saat libur lebaran saja.

Untuk mengatasi permasalahan parkir kendaraan di Malioboro, Sultan meminta agar Pemerintah Kota Yogyakarta segera menyediakan 30 ribu square meter area untuk parkir. Pemda DIY sendiri terus menunggu komunikasi dari Pemkot Yogyakarta terkait pembahasan dan kesepakatan tentang penataan kawasan Malioboro.

“Selama pemerintah kodya tidak bisa mencari inisiatif dan dengan propinsi tidak ada kesepakatan penyelesaian untuk menyediakan areal 30 ribu square meter, maka tidak akan bisa mengatasi permasalahan malioboro dalam arti tempat parkir, “ ujarnya di Bangsal Kepatihan, Selasa (14/9).

Penataan kawasan parkir Malioboro bagi Sultan sebenarnya bisa dilakukan mengingat banyak area yang bisa digunakan untuk menampung kendaraan khususnya saat liburan yang selalu ramai dan padat. Sultan mengharapkan lahan sebelah utara gedung DPRD DIY bisa dijadikan tempat parkir, selain kawasan bioskop Indra dan kawasan Benteng Vredeburg.

“Selain itu di benteng vredeburg juga bisa dijadikan tempat parkir tapi bawah tanah, atau di dekat stasiun dan semua area ini bisa saja dijadikan tiga atau empat tingkat sehingga minimal ada 30 ribu square meter terpenuhi untuk parkir. Pokoknya selama itu tidak pernah terealisasi maka malioboro akan selalu begini terus,” tegasnya.

Menurut Sultan, saat ini belum ada pembicaraan yang lebih serius dengan pihak Pemkot dan masalah yang masih dihadapi dalam hal penataan kawasan Malioboro terutama penyediaan lahan parkir adalah belum adanya investor. Ditambahkan, kalau tidak ada investor, pemda harus menyediakan investasi yang sangat besar yakni sekitar Rp 200 M. Penataan Malioboro ini juga harus disertai penyediaan lahan parkir untuk kawasan Senopati, Jalan Mataram, Lodji kecil, dan Bhayangkara, dimana kawasan itu harus menyediakan minimal 30 ribu square meter untuk parkir.**(eyu)

Label: , , , , ,

Harjo Widjoyo Senang Bisa Silaturahmi dengan Raja Ngayogyakarta

Jogja – Setelah menunggu sejak pukul 07.00 diantara antrian ribuan orang, akhirnya Harjo Widjoyo (70) Warga Jetis, Bantul, berhasil menjabat tangan dan bersilaturahmi dengan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dan GKR Hemas, dalam Open House yang digelar di Bangsal Kepatihan Yogyakarta, Selasa (14/9).

Harjo Widjoyo mengaku senang bisa ketemu langsung dengan ngarso dalem Sri Sultan HB X dan ini sudah ia lakukan rutin setiap kali Idul Fitri. Datang dengan rombongan kelompok pengajian Annur Bantul, Harjo Widjoyo berharap dengan silaturahmi dengan Raja Ngayogyakarya ini Ia mendapat berkah dan rejeki.

“Kulo mriki nyuwun pangestu saking ngarso dalem, mugo-mugo rejekine apik, dowo umure. Pokoke nyuwun berkahe Sultan,” katanya usai silaturahmi.

Harapan yang sama juga disampaikan Sawiyati asal Bantul yang datang bersama 4 rombongan bus. Menurutnya silaturahmi dengan Sultan adalah berkah tersendiri, apalagi jabat tangan dengan Raja Ngayogyakarta tidak bisa ia lakukan setiap saat. “ Ya jelas beda dengan gubernur atau pak bupati yang lain, ini kan rajanya Kraton. Harapan saya, bertemu dengan Sultan bisa dapat berkah, dan murah rejeki,” kata Ibu berusia 37 tahun ini.

Kegiatan Open House yang digelar Pemda setempat ini sudah sejak lama dilakukan dan ini dimaksudkan untuk menjalin tali silaturahmi antara Gubernur dengan warganya. Sri Sultan HB X yang didampingi Isteri dan Sekda serta Asisten Sekda ini mendapat antusias dari warga yang datang dari seluruh pelosok di DIY. Menurut Humas Pemda DIY, Biwara Yuswantana, warga yang datang ini sudah menunggu sejak pukul 07.00 dan pihaknya sudah menyediakan sajian makanan tradisional khas dari masing-masing kabupaten kota yang ada di DIY. Makanan tradisional yang disediakan untuk warga antara lain seperti Geblek, Tiwul, Jenang, Bakpia, Yangko, Tempe Benguk dan Ongol-ongol.

“Kami membuka jadwal Open House mulai dari pukul 09.00 – 11.00 dan berbagai makanan tradisional bisa dinikmati oleh warga seusai silaturahmi dengan bapak gubernur, tapi maaf kami tidak menyediakan angpao untuk warga, “ tegasnya.

Selain menggelar Open House di Bangsal Kepatihan, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X Juga dijadwalkan akan melakukan Syawalan dan Halal Bi Halal bersama kepala daerah di masing-masing kabupaten dan kota di DIY.**(eyu)

Label: , , , ,

Hudson “Jessica” Minta Dukungan Warga Jogja

Jogja – Wakil DIY di ajang Indonesia Mencari Bakat (IMB), Hudson meminta restu kepada seluruh warga Yogyakarta agar memberikan dukungan agar dirinya mampu menjadi yang terbaik di salah satu ajang bergengsi di Indonesia ini. Pria kelahiran 27 Maret 1979 yang tampil dengan two face ini mengaku sudah mempersiapkan diri semaksimal mungkin agar di putaran final Indonesia Mencari Bakat yang akan digelar Minggu 19 September 2010 mendatang, dapat memberikan penampilan yang terbaik.

Ditemui di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, dalam Open House bersama Gubernur DIY, Selasa (14/9), pria yang akrab disapa Yosan ini mengaku tidak ada agenda khusus untuk bertemu Sri Sultan HB X. Kedatangannya dalam open house ini hanya ingin silaturahmi dengan Raja Yogyakarta tersebut dan tidak ada obrolan khusus terkait keikutsertaannya dalam IMB.

“Kedatangan saya ke open house ini semata-mata ingin silaturahmi dengan Sultan, tidak ada agenda khusus untuk minta dukungan. Lagipula Sultan masih sibuk menerima banyak tamu, saya hanya diajak tante untuk menemani kesini,” kata Hudson yang datang mengenakan baju putih dengan dasi warna merah ini.

Kepulangan pria yang selalu pentas dengan dua wajah duet Hudson – Jessica ke Jogja ini dalam rangka liburan, selain itu juga karena ada agenda reuni dengan teman-temannya semasa SMA di SMM Kasihan Bantul. Tampilan two face milik pria yang bernama asli Hudson Prananjaya dengan satu sisi tubuhnya laki-laki, sisi lainnya perempuan, dari ujung rambut hingga ujung kaki ini selalu menjadi keunikan tersendiri di ajang Indonesia Mencari Bakat apalagi ia selalu bangga dengan penampilan dua wajah ini.**(eyu)

Label: , , ,

Senin, 13 September 2010

Kawasan Malioboro Padat Pengunjung

Jogja – Sampai dengan hari ketiga sesudah lebaran, Senin (13/9) kawasan Malioboro masih dipadati pengunjung yang datang dari luar daerah. Kepadatan arus kendaraan pengunjung yang masuk ke kawasan Malioboro ini terlihat sejak Jalan Pangeran Mangkubumi – Kleringan – Pintu Masuk Malioboro hingga Jalan Ahmad Yani Malioboro.

Pengunjung yang masih menikmati masa libur lebaran ini terlihat antusias mengunjungi lapak-lapak penjual aksesoris maupun tempat-tempat belanja termasuk Mall. Keramaian pengunjung ini diperkirakan akan terus bertambah hingga malam nanti dan kondisi seperti ini masih akan terus terjadi hingga Minggu 19 September yang merupakan akhir masa liburan.

Berdasarkan pantauan, Senin (13/9) suasana di lorong Malioboro nampak berjubel dipenuhi pengunjung yang ingin berbelanja aksesoris ataupun membeli batik khas Jogjakarta. Suasana ramai dan padat juga terlihat di Pasar Beringharjo, dimana banyak pengunjung khususnya luar daerah yang menyempatkan berbelanja oleh-oleh khas Jogja. Ramainya pengunjung yang mulai terlihat dari pintu masuk Pasar ini dimanfaatkan para tukang becak dan kusir andong yang menawarkan jasanya untuk mengantar pengunjung berkeliling Jogja. Padatnya kendaraan yang masuk ke kawasan ini pun membuat arus lalu lintas tersendat apalagi area parkir yang disediakan UPT Malioboro pun sudah tidak mampu lagi menampung kendaraan yang datang.

“Mumpung ada di Jogja, saya sempatkan main ke Beringharjo, selain melihat-lihat juga ingin belanja oleh-oleh khas Jogja,” kata Rahma pengunjung asal Cirebon ini.

Selain memadati pusat-pusat perbelanjaan, keramaian pengunjung juga terlihat di Museum Benteng Vredeburg yang tidak pernah sepi dari pengunjung sejak hari lebaran kemarin. Keramaian pengunjung yang menghabiskan liburannya di Jogja ini berusaha menyempatkan diri untuk mengunjungi Benteng Vredeburg dan jalan-jalan hingga titik nol kilometer baik sekedar duduk santai maupun berfoto bersama. ”Baru sekali ini datang ke Vredeburg, ya pengen jalan-jalan aja. Jogja memang menarik untuk dikunjungi dan rasanya kalo gak datang ke Malioboro rasanya belum afdol,” kata Iksan pelajar SMA asal Tasikmalaya.**(eyu)

Label: , , ,

Jumlah Pengunjung Gembiraloka Melonjak Drastis

Jogja – Memasuki hari ketiga sesudah lebaran, Senin (13/9) pengunjung Kebun Raya Kebun Binatang (KRKB) Gembiraloka Yogyakarta terus berdatangan, bahkan sejak hari pertama lebaran, Jumat (10/9) hingga Minggu (12/9) jumlah pengunjung mengalami peningkatan drastis.

Di Hari Raya Idul Fitri hari pertama, KRKB Gembiraloka dikunjungi sebanyak 3000 pengunjung dan jumlah ini meningkat di hari kedua lebaran yang mencapai sekitar 12.000 pengunjung, sementara Minggu (12/9) jumlah pengunjung yang datang ke Gembiraloka semakin padat dengan jumlah yang melonjak hingga 24.000 pengunjung.

Humas KRKB Gembiraloka Yogyakarta,Suharti, Senin (13/9) mengatakan ramainya jumlah pengunjung yang datang ke Gembiraloka terus melonjak dari hari ke hari sejak lebaran hari pertama. Namun, jika dibandingkan lebaran tahun lalu, jumlah pengunjung di lebaran 2010 sampai dengan hari ketiga kemarin belum mencapai target, karena masih unggul tahun kemarin.

“Kami belum bisa pastikan kedatangan pengunjung akan mencapai target atau tidak, karena kami menghitung 10 hari libur sejak hari pertama lebaran hingga Minggu 19 September mendatang. Tapi jika melihat kondisi keramaian pengunjung seperti ini, kami yakin bisa mencapai 150 ribu pengunjung,” katanya ketika ditemui di ruang kerjanya.

Ditambahkan Suharti, untuk hari ini (Senin 13/9) pihaknya masih memperkirakan adanya keramaian pengunjung meski tidak seramai tiga hari kemarin, dan setidaknya akan ada 17.000 pengunjung yang masuk ke Gembiraloka. Adanya wahana baru Taman Reptil dan Amphibie menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung, bahkan wahana ini selalu dipadati pengunjung yang ingin melihat lebih dekat hewan jenis reptil dan amphibi ini. Di wahana Taman Reptil dan Amphibie ini ada fasilitas yang bisa dinikmati langsung oleh pengunjung yakni Zona Interaksi terhadap Reptil. Di zona ini pengunjung bisa langsung menyentuh, berinteraksi dengan reptile dan amphibi serta bisa berfoto bersama.

Satu lagi wahana baru yang banyak didatangi pengunjung adalah Kolam, yang terdiri dari Kolam Tangkap dan Kolam Terapi. Kolam Tangkap adalah salah satu wahana yang sangat diminati anak-anak khususnya anak berusia dibawah 12 tahun. Di kolam ini anak-anak bisa menggunakan fasilitas jaring atau jala, yang bisa digunakan untuk menjala ikan yang kemudian bisa membawa pulang ikan hasil tangkapannya sebagai cinderamata, sedangkan di Kolam Terapi pengunjung bisa masuk ke dalam kolam untuk terapi kaki yang merupakan terapi kesehatan.**(eyu)

Label: , , , , , , ,

Sabtu, 11 September 2010

Kereta Batman Diserbu Penumpang

Sleman – Obyek Wisata Kaliurang menjadi salah satu obyek wisata yang menarik untuk menghabiskan liburan pada lebaran kali ini, apalagi kawasan wisata perbukitan ini masih menjadi pilihan utama wisatawan khususnya keluarga. Untuk bisa menikmati alam Kaliurang yang sejuk ternyata tidak dengan berjalan kaki tetapi bisa juga dengan menggunakan Kereta Batman.

Ada yang berbeda di kawasan Kaliurang pada libur lebaran kali ini, salah satunya adalah Kereta Batman. Kereta Mini yang menyerupai kendaraan Batman ini siap mengantar pengunjung untuk mengelilingi dan menikmati suasana Kaliurang yang sejuk dan segar ini.

Pada libur lebaran kali ini banyak pengunjung yang cukup tertarik untuk menggunakan fasilitas kereta mini Batman ini untuk menikmati pemandangan di Kaliurang, khususnya anak-anak yang mengidolakan tokoh film kartun Batman (manusia kelelawar) ini. Kereta Batman ini siap membawa siapa saja mengelilingi kawasan Kaliurang dengan rute melewati gardu pandang di pinggir Kali Boyong atau di sisi barat kawasan Kaliurang. Dengan tarif yang tidak terlalu mahal yakni Rp 3.000,00 per orang, Kereta Batman ini merupakan salah satu fasilitas yang paling banyak diserbu pengunjung, apalagi kereta ini mampu membawa 20 penumpang yang tidak hanya diminati anak-anak tetapi juga orang dewasa.

“Pengen nyoba aja, kok kayaknya enak naik kereta ini sambil menikmati suasana Kaliurang, sekalian nemenin anak-anak. Tapi sayangnya hujan jadi ya tidak terlalu nyaman,” kata Nova pengunjung asal Bandung yang sedang menemani anaknya.**(eyu)

Label: , , , , , , ,

Kamis, 09 September 2010

Lukman Sardi Terobsesi Memainkan Peran Perempuan

Jogja – Kesuksesan seorang aktor film dalam memainkan peran adalah mampu mengubah pemikiran penonton dan mampu meninggalkan kesan kepada siapa saja yang menontonnya. Pemain film Lukman Sardiadalah salah satu aktor yang beruntung karena selalu mendapatkan film dengan peran dan karakter yang berbeda-beda, bahkan ia mengaku bisa belajar lebih banyak tentang karakter. Menjadi seorang aktor, baginya yang sangat penting adalah sebuah proses perjalanan bagaimana dia bisa memerankan beberapa karakter dan meninggalkan kesan publik.

“Buat saya acting yang berhasil adalah acting yang dimiliki public, bagaimana publik juga ikut dalam memiliki peran yang saya mainkan,” kata pria yang akrab dipanggil memet ini.

Sejak concern di dunia perfilman, Lukman Sardi semakin dikenal sebagai pemeran watak dalam film-filmnya, bahkan ia tanpa lelah terus belajar tentang bagaimana memerankan sebuah karakter yang sungguh-sungguh dan ia selalu mampu menjiwai peran yang ia bawakan.

Lukman Sardi yang lahir di Jakarta, 14 Juli 1971 ini memulai karirnya di dunia perfilman diawali
Tahun 2005, saat itu ia bermain di film berjudul Gie, yang kemudian diteruskan dengan film 9 Naga (2006), Berbagi Suami (2006), Jakarta Undercover (2006), Pesan dari Surga (2006), Naga Bonar (Jadi) 2 (2007), The Photograph (2007), Quickie Express (2007), Kawin Kontrak (2008), In the Name of Love (2008), May (2008), Laskar Pelangi (2008), Kawin Kontrak Lagi (2008), Pencarian Terakhir (2008), Lastri (2008), Merah Putih (2009), Heart-Break.com (2009), Sang Pemimpi (2009), Tanah Air Beta (2010), Red CobeX (2010), Darah Garuda (2010), dan film terbarunya, Sang Pencerah (2010). Sebelumnya, bapak dari Akiva Dishan Ranu Sardi, buah hatinya dengan Pricillia Pullunggono ini juga pernah memulai bakatnya di dunia film ketika masih berusia 7 tahun dalam film Kembang-Kembang Plastik (1978), Pengemis dan Tukang Becak(1979), Dinginnya Hati Seorang Gadis (1979), dan Anak-Anak Tak Beribu (1980).

Dari kegigihannya dalam memerankan berbagai karakter, Anak dari pasangan Ny. Zerlita dan Idris Sardi, pemusik biola legendaris Indonesia ini pernah mendapat sejumlah penghargaan seperti The Best Actor di ajang Bali International Film Festival 2006, nominasi MTV Indonesia Movie Award 2006 sebagai Most Favourite Actor, nominasi Festival Film Indonesia Jakarta 2006, dan sebagai Pemeran Pendukung Pria Terbaik dalam Indonesian Movie Award 2009 serta nominasi Pemeran Utama Pria Terbaik dan Terfavorit - Indonesian Movie Award 2009.

Meski sudah banyak membintangi sejumlah film dengan berbagai macam karakter namun Memet masih memendam beberapa obsesi yang ingin sekali dicapainya, dan salah satunya adalah berobsesi ingin memainkan peran seorang perempuan.

“Ini memang agak lucu tapi saya ingin sekali bermain dengan peran perempuan. Jelas beda 180 derajat bahwa laki-laki dan perempuan sangatlah beda dan itu suatu tantangan tersendiri, bagaimana bisa meyakinkan orang lain bahwa saya perempuan. Secara pribadi saya ingin banyak meng-eksplore potensi saya hingga saya menemukan satu titik dimana saya bisa memerankan seorang perempuan, “ katanya di Yogyakarta beberapa hari lalu.

Sementara ketika ditanya tentang kesan terhadap Kota Jogja, pemeran Kyai Haji Ahmad Dahlan dalam film Sang Pencerah ini mengaku senang bisa ada di Jogja, karena selain suasana kotanya yang jauh lebih ramah dengan Jakarta, juga mengasyikkan untuk berlibur. Selain karena banyak wisata sejarahnya, Lukman juga menyukai wisata kulinernya bahkan banyak menu favoritnya yang selalu ia kunjungi seperti Bakmi Mbah Mo, Bakmi Kadin dan Gudeg Wijilan.“Kalau soal makanan favorit, di Jogja banyak sekali yang selalu saya kunjungi. Jogja itu nyaman sekali dan ngangeni, “ pungkasnya.**(eyu)

Label: , , , ,

PPFI Desak Pembentukan Corporation Film

Jogja – Membuat film layar lebar tentunya membutuhkan dana yang sangat besar termasuk untuk promosi dan publikasi. Seluruh biaya pembuatan film sampai sekarang masih didanai oleh sang produser dan jika ini terus dilakukan maka akan sangat berat bagi seorang produser,jika film dinilai gagal. Belum adanya dukungan pemerintah terhadap penyelenggaraan sebuah film khusunya dalam hal keuangan, membuat Persatuan Produser Film Indonesia (PPFI) tergugah untuk membentuk Film Finance Corporation.

Persatuan Produser Film Indonesia (PPFI), melalui ketuanya, Raam Punjabi menghimbau kepada pemerintah untuk membentuk Film Finance Corporation, dimana pemerintah ikut andil dalam segala hal, mulai keuangan hingga penentuan tema, sehingga jika film gagal diterima masyarakat, maka kerugian tidak sepenuhnya ditanggung oleh produser.

“Selama ini yang membiayai seluruh pembuatan film adalah produser dan kalau film itu gagal, maka 100% ditanggung oleh produser, sehingga bisa jadi setelah itu semangat produser patah dan tidak ada kelanjutan lagi. Makanya, penting sekali jika pemerintah mau ikut andil dalam mendanai pembuatan film,” katanya saat ditemui beberapa hari lalu.

Menurutnya, pemerintah memang diharapkan dapat ikut serta dan andil dalam pembuatan film setidaknya dapat menanamkan modal 75 persen. Kalaupun film gagal maka produk tersebut bisa diwariskan ke generasi penerus. “Itu harapan saya, semoga bisa segera dibentuk corporasi film sehingga ide-ide cemerlang seperti ini, yang memerlukan biaya produksi yang besar bisa didukung pemerintah sehingga produser tidak merengek-rengek minta dikasihani, tapi minta partisipasi pemerintah agar bahu membahu antara pelaku film dan pemerintah untuk bisa menjalankan fungsinya dalam bidang perfilman,” imbuhnya.

Sementara ketika disinggung mengenai kesan berada di Jogjakarta, pria yang mempunyai nama lengkap Raam Jethmal Punjabi ini mengaku senang bisa ada di Jogjakarta, bahkan kalau ada hari libur, produser berumur 67 tahun ini selalu menghabiskan hari-hari dengan mengelilingi Jogjakarta. Tidak hanya itu, pria kelahiran Surabaya 6 Oktober 1943 ini mengaku tertarik dengan wisata kuliner yang ada di kota budaya ini seperti Gudeg Yu Jum, dan menikmati Ayam Goreng Mbok Berek. “ Saya ini kan lahir di Surabaya, dan sama-sama jawa dengan Jogja makanya saya punya perasaan emosional, jadi kalaupun ada kesempatan saya selalu datang kesini. Banyak yang bisa dinikmati disini khususnya wisata kulinernya. Di Jogja banyak yang unik dan tidak ada salahnya mencoba sesuatu yang unik itu,” cerita pria yang juga menyukai makanan lesehan ini.**(eyu)

Label: , , , , , ,

Minggu, 05 September 2010

Masterpiece Hilang, Pengelolaan Museum Dipertanyakan

Jogja - Belum optimalnya pengelolaan terhadap museum menjadi sorotan utama bagi sejumlah kalangan, bahkan hilangnya topeng emas dan benda cagar budaya koleksi museum sonobudoyo Yogyakarta sampai sekarang pun tak jelas kabarnya. Sejumlah kalangan termasuk Masyarakat Advokasi Warisan Budaya (MADYA) mengaku prihatin terhadap pengelolaan dan perlindungan budaya yang tidak serius.

Peristiwa hilangnya masterpiece koleksi Museum Sonobudoyo ini menjadi ironis mengingat tahun ini telah dicanangkan sebagai Tahun Kunjungan Museum 2010 dan menjadi awal dimulainya multiyears Gerakan Nasional Cinta Museum 2010 – 2014 termasuk didalamnya revitalisasi museum.

Dalam press conference yang bertajuk “Museum Digugat : Hilangnya Masterpiece di Sonobudoyo Tanggungjawab Siapa?” yang digelar di Pendopo Karta Pustaka Jl. Bintaran Tengah 16 Yogyakarta, Jumat (3/9), Sekretaris Jenderal International Council Of Museums (ICOM) yang juga Ketua I Asosiasi Museum Indonesia, KRT. Thomas Haryonagoro, mengaku prihatin adanya pihak-pihak yang langsung melapor ke Markas ICOM di Perancis tanpa melalui dirinya. Parahnya lagi, Thomas yang juga Ketua Badan Musyawarah Musea (Barahmus) DIY, dirinya tidak mendapat data-data resmi tentang benda sejarah yang hilang, dan hanya memperoleh data minor yang sama sekali tidak memenuhi kriteria khususnya jika dikaitkan dengan masterpiece yang hilang.

Menurut Thomas, sebenarnya banyak peralatan dan perangkat yang bisa digunakan untuk peningkatan museum namun jika SDM yang dimiliki tidak maksimal dan pengelolaan museum sendiri tidak baik, maka besar kemungkinan sebuah museum tidak akan berkembang tanpa adanya pembenahan.

Sementara itu, Dosen Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya UGM, DR.Daud Aris Tanudirdjo, hilangnya masterpiece Sonobudoyo adalah hilangnya jatidiri bangsa karena sifat dari peradaban tersebut tidak terbarukan sehingga kalau artefak dan benda cagar budaya ini tidak ditemukan maka Bangsa Indonesia akan sangat kehilangan, yang tidak terukur bagi apapun.

“Sebetulnya jangan hanya faktor keamanan saja yang dibahas tetapi bagaimana pengelolaan museum itu dilakukan dengan maksimal. Saya justru mempertanyakan siapa yang akan bertanggungjawab atas kehilangan masterpiece ini,” katanya.

Tokoh dari Jogja Heritage Society (JHS) Anggi Minarni justru mempertanyakan keaslian masterpiece yang hilang tersebut, menyusul tidak adanya semangat dari pihak terkait untuk mencari dan menemukan benda-benda yang hilang itu. “Kalau saya melihat, pihak terkait termasuk pihak museum sepertinya kok tenang-tenang saja seperti tidak terjadi apa-apa. Jangan-jangan barang yang hilang itu bukan yang asli, atau kasus hilangnya masterpiece ini hanya rekayasa semata,” ungkapnya serius.

Sedangkan Johanes Marbun Koordinator Masyarakat Advokasi Warisan Budaya (MADYA) mengatakan pihaknya mendesak agar peristiwa hilangnya masterpiece Sonobudoyo perlu penanganan secara tuntas, serius dan tidak dapat dijadikan alasan untuk mempercepat pencairan dana. Hal ini harus disadari dan dipahami oleh semua pihak yang akan mengalokasikan anggaran maupun pengambil keputusan untuk itu. Selain itu MADYA juga meminta perlunya public audit oleh tim independen terhadap kinerja Museum Sonobudoyo dan perlu adanya grand design pengelolaan museum yang ideal.**(eyu)

Label: , , , , , , ,

Keistimewaan DIY Dalam Pantomim

Jogja – Memperingati 65 tahun Amanat 5 September 1945 yaitu peristiwa bergabungnya Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), gerakan komunitas seni yang mengatasnamakan Kawulo Ngayogyakarta Hadiningrat, Sabtu sore (4/9) menggelar aksi teaterikal “Keistimewaan DIY dalam Pantomim” di titik nol kilometer Yogyakarta.

“Keistimewaan DIY dalam Pantomim” ini digelar sebagai salah satu upaya untuk mewarisi nilai-nilai Spiritualitas Nasionalisme Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII yang dituangkan dalam Maklumat 5 September 1945, sekaligus sebuah refleksi dan aspirasi masyarakat yang menggambarkan pluralisme masyarakat DIY dan sebagai simbolisasi masyarakat yang cinta seni dan budaya.

Aksi teaterikal pantomim ini sendiri dilakukan sebagai bentuk partisipasi dari kesenian modern yang melibatkan 15 seniman pantomim yang dibagi menjadi empat kelompok yang masing-masing kelompok datang dari empat penjuru mata angin. Kelompok dari arah utara melakukan aksi dari Tugu, kelompok dari arah barat beraksi dari Wirobrajan, kelompok timur dari Gondomanan dan kelompok dari selatan memulai aksinya dari pojok benteng wetan. Empat penjuru mata angin tersebut menggambarkan empat kabupaten yang ada di DIY dan peserta aksi berkumpul di tengah yakni titik nol sebagai tanda ada satu Kota Yogyakarta. Dengan wajah yang dicat dengan warna warni, menjadi simbol masyarakat Yogyakarta yang multicultural.

Aksi teaterikal pantomim ini menyuarakan aspirasinya melalui tulisan yang diusung baik di spanduk ataupun poster yang menggambarkan keinginan masyarakat yang menginginkan segera disahkannya Rancangan Undang-Undang Keistimewaan (RUUK) menjadi Undang-Undang Keistimewaan.

Koordinator Kawulo Ngayogyakarta Hadiningrat Sigit Sugito mengatakan, hari keistimewaan Yogyakarta merupakan gerakan budaya yang menggerakan masyarakat Yogyakarta untuk melakukan inventarisasi semua kekayaan dan potensi wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

“Masyarakat Yogyakarta harus bangun dan maju bersama dengan bergotong royong untuk mengerjakan seluruh tugas-tugas budaya, terlebih untuk mewarnai keistimewaan Yogyakarta itu sendiri,” ujarnya disela-sela aksi.

Ditambahkan Sigit, Aksi ini merupakan upaya mereka untuk mengingatkan kembali pada masyarakat Yogyakarta tentang segala keistimewaan Yogyakarta sendiri. Begitu banyak ragam kesenian yang menjadi kekayaan lokal Yogyakarta, salah satunya adalah keistimewaan Yogyakarta. Meski baru kali pertama aksi ini digelar untuk memperingati hari keistimewaan, namun pihaknya menginginkan perayaan tersebut menjadi perayaan tahunan yang dirayakan oleh seluruh masyarakat Yogyakarta. **(eyu)

Label: , , , , , , , ,

Rabu, 01 September 2010

Selama Lebaran,Taman Pintar Perpanjang Jam Layanan

Jogja – Taman Pintar Yogyakarta akan membuka jam layanan lebih lama pada Hari Raya Idul Fitri. Jika di hari normal jam kunjungan dilayani jam 09.00 – 16.00 Wib maka mulai 11 – 15 September 2010, layanan pembelian tiket dan kunjungan dibuka mulai jam 08.30 – 18.00 Wib. Penambahan jam layanan ini dimaksudkan agar pengunjung bisa lebih leluasa dalam menikmati wahana di Taman Pintar Yogyakarta.

Menghadapi Hari Raya Idul Fitri 1431 H, Taman Pintar Yogyakarta juga akan menambah hiburan untuk meramaikan libur lebaran, seperti pentas musik yang akan dimulai jam 11 – 13 Wib, dan menambah paket kunjungan keluarga dengan kegiatan tandur pari (menanam padi) di Wahana Desaku Permai, selain itu juga ada kegiatan membatik di Wahana Rumah Batik. Sementara untuk menambah layanan dan hiburan bagi pengunjung, Taman Pintar Yogyakarta juga akan memutar film terbaru 3 Dimensi dengan judul “Saga” di theater 4D lantai 3 Gedung Kotak mulai 10 September 2010.

Menurut Kepala UPT Taman Pintar Yogyakarta, Edy Heri Suasana, penambahan wahana
Taman pintar ini memang untuk memberikan layanan yang terbaik bagi pengunjung khususnya di libur lebaran kali ini. Untuk lebaran tahun ini, UPT Taman Pintar Yogyakarta menargetkan 6500 pengunjung dalam satu hari selama libur lebaran 11 – 15 September 2010.

“Kami optimis bisa meraih jumlah 6500 hingga 8000 kunjungan per harinya. Untuk mencapai jumlah ini kami melakukan pengoptimalan terhadap wahana-wahana di Desaku Permai dan Rumah Batik yang harapannya bisa menarik banyak pengunjung selain film baru Saga, ungkapnya ketika ditemui Jogjatrip.com, Selasa (31/8).

Sementara itu Taman Pintar juga memberi kesempatan kepada pengunjung keluarga yang ingin anak-anaknya bisa belajar memainkan biola ataupun memainkan alat musik lainnya. Kegiatan belajar alat musik ini diperuntukkan bagi siapa saja dan tidak dikenakan biaya apapun alias gratis.**(eyu)

Label: , , , ,

Film 3D “Saga” Diluncurkan di Theater 4D Taman Pintar Yogyakarta

Jogja – Film Tiga Dimensi buatan animator lokal yang berjudul “Saga” dipertontonkan bagi anak yatim piatu yang ada di DIY, Selasa sore (31/8) di Theater 4D lantai 3 Gedung Kotak Taman Pintar Yogyakarta. Pemutaran film berformat stereoscopic ini dihadiri 500 anak yatim piatu dan puluhan siswa berprestasi di Kota Yogyakarta.

Film 3 Dimensi dengan tokoh jagoan cilik yang bernama Saga ini diharapkan mampu mengobati kerinduan anak-anak yang membutuhkan tokoh hero. Dalam film ini, penonton diajak mengikuti petualangan Saga, seorang bocah yang dapat berubah menjadi pahlawan super dengan meminum teh. Film berdurasi 15 menit ini mengisahkan petualangan seorang Saga yang memberantas kejahatan, yang dilakukan baron dan anak buahnya, duo kembar Maka dan Maki yang berusaha merusak alam.

Menanggapi peluncuran film 3 Dimensi ini, Direktur Utama Mahaka Attraction, Harianto Yudharta mengatakan, pemunculan tokoh Saga dan karakternya diambil dari filosofi biji `saga' meskipun kecil namun keras dan kuat. Sedangkan karakternya ditunjukkan dengan tokoh superhero yang kuat dan tangguh, dan memiliki moralitas yang baik.

"Sebenarnya kami belum bisa memasukkan banyak unsur lokal lewat film ini untuk menarik perhatian anak-anak. Harapan kami, untuk selanjutnya kami akan membuat film-film dengan menambah konten lokal. Setidaknya target kami, dalam satu setengah tahun mendatang dapat membuat satu film," katanya di Theater 4D Taman Pintar, Selasa (31/8).

Sementara, Kepala Seksi Humas UPT Taman Pintar, Dra. Erni Februaria menambahkan, teater tiga dimensi yang ada di taman pintar ini paling banyak mendapatkan kunjungan dibanding teater 3D/4D serupa di kota lain. Ini dibuktikan dalam satu tahunnya, kunjungan ke bioskop 4D Taman pintar dapat mencapai 172.000 orang.

"Jumlah Ini lebih banyak dari kunjungan di bioskop tiga dimensi Jakarta yang hanya 54.000, di Bandung yang hanya 50.000, Purbalingga dengan jumlah 48.000 orang, atau di Taman Mini yang hanya 15.000," pungkasnya.**(eyu)

Label: , , , , ,