Masterpiece Hilang, Pengelolaan Museum Dipertanyakan
Jogja - Belum optimalnya pengelolaan terhadap museum menjadi sorotan utama bagi sejumlah kalangan, bahkan hilangnya topeng emas dan benda cagar budaya koleksi museum sonobudoyo Yogyakarta sampai sekarang pun tak jelas kabarnya. Sejumlah kalangan termasuk Masyarakat Advokasi Warisan Budaya (MADYA) mengaku prihatin terhadap pengelolaan dan perlindungan budaya yang tidak serius.
Peristiwa hilangnya masterpiece koleksi Museum Sonobudoyo ini menjadi ironis mengingat tahun ini telah dicanangkan sebagai Tahun Kunjungan Museum 2010 dan menjadi awal dimulainya multiyears Gerakan Nasional Cinta Museum 2010 – 2014 termasuk didalamnya revitalisasi museum.
Dalam press conference yang bertajuk “Museum Digugat : Hilangnya Masterpiece di Sonobudoyo Tanggungjawab Siapa?” yang digelar di Pendopo Karta Pustaka Jl. Bintaran Tengah 16 Yogyakarta, Jumat (3/9), Sekretaris Jenderal International Council Of Museums (ICOM) yang juga Ketua I Asosiasi Museum Indonesia, KRT. Thomas Haryonagoro, mengaku prihatin adanya pihak-pihak yang langsung melapor ke Markas ICOM di Perancis tanpa melalui dirinya. Parahnya lagi, Thomas yang juga Ketua Badan Musyawarah Musea (Barahmus) DIY, dirinya tidak mendapat data-data resmi tentang benda sejarah yang hilang, dan hanya memperoleh data minor yang sama sekali tidak memenuhi kriteria khususnya jika dikaitkan dengan masterpiece yang hilang.
Menurut Thomas, sebenarnya banyak peralatan dan perangkat yang bisa digunakan untuk peningkatan museum namun jika SDM yang dimiliki tidak maksimal dan pengelolaan museum sendiri tidak baik, maka besar kemungkinan sebuah museum tidak akan berkembang tanpa adanya pembenahan.
Sementara itu, Dosen Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya UGM, DR.Daud Aris Tanudirdjo, hilangnya masterpiece Sonobudoyo adalah hilangnya jatidiri bangsa karena sifat dari peradaban tersebut tidak terbarukan sehingga kalau artefak dan benda cagar budaya ini tidak ditemukan maka Bangsa Indonesia akan sangat kehilangan, yang tidak terukur bagi apapun.
“Sebetulnya jangan hanya faktor keamanan saja yang dibahas tetapi bagaimana pengelolaan museum itu dilakukan dengan maksimal. Saya justru mempertanyakan siapa yang akan bertanggungjawab atas kehilangan masterpiece ini,” katanya.
Tokoh dari Jogja Heritage Society (JHS) Anggi Minarni justru mempertanyakan keaslian masterpiece yang hilang tersebut, menyusul tidak adanya semangat dari pihak terkait untuk mencari dan menemukan benda-benda yang hilang itu. “Kalau saya melihat, pihak terkait termasuk pihak museum sepertinya kok tenang-tenang saja seperti tidak terjadi apa-apa. Jangan-jangan barang yang hilang itu bukan yang asli, atau kasus hilangnya masterpiece ini hanya rekayasa semata,” ungkapnya serius.
Sedangkan Johanes Marbun Koordinator Masyarakat Advokasi Warisan Budaya (MADYA) mengatakan pihaknya mendesak agar peristiwa hilangnya masterpiece Sonobudoyo perlu penanganan secara tuntas, serius dan tidak dapat dijadikan alasan untuk mempercepat pencairan dana. Hal ini harus disadari dan dipahami oleh semua pihak yang akan mengalokasikan anggaran maupun pengambil keputusan untuk itu. Selain itu MADYA juga meminta perlunya public audit oleh tim independen terhadap kinerja Museum Sonobudoyo dan perlu adanya grand design pengelolaan museum yang ideal.**(eyu)
Label: artefak, cagar budaya, jogja, karta pustaka, masterpiece, seni, sonobudoyo, topeng emas
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda