Angkat Potensi Kesenian Daerah, Festival Reog dan Jathilan Digelar

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam sambutannya yang dibacakan Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Djoko Dwiyanto, menyambut baik dan memberikan apresiasi yang tinggi atas penyelenggaraan festival ini oleh Dispar DIY. Menurutnya, kekayaan seni budaya tradisi di indonesia begitu banyak dan beragam karena setiap daerah pasti memiliki kesenian tradisionil yang bisa dibanggakan dan ditampilkan baik yang berasal dari Jawa maupun dari luar Jawa. Dikatakannya Visit Indonesia Year merupakan salah satu usaha memajukan pariwisata di indonesia sehingga masing-masing daerah pun berlomba-lomba ingin mermajukan potensi pariwisata melalui banyak kesenian tradisional yang ada. Semakin banyak potensi kesinian tradisional yang dimunculkan semakin terangkat pula pariwisata yang ada di daerah masing-masing.
“Saya berharap festival ini menjadi bukti usaha kita dalam memelihara, mengembangkan dan meneruskan warisan leluhur budaya bangsa yang tak ternilai harganya. Selain itu, diharapkan mampu memperkokoh ketahanan budaya bangsa dalam menghadapi arus deras globalisasi,” ujarnya.
Festival Reog dan Jathilan yang mengambil tema “Pengembangan Kesenian Tradisional Sebagai Aset Wisata Budaya yang Beranjak Kearifan Lokal” ini akan berlangsung mulai pukul 10.00 dengan masing-masing peserta diberi waktu penyajian selama 20 menit.
Kepala Dinas Pariwisata Propinsi DIY, Drs. Tazbir, M.Hum mengatakan kegiatan ini merupakan sesuatu yang sangat tradisional tetapi riil hidup di tengah-tengah masyarakat khususnya di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Digelarnya festival reog dan jathilan ini mempunyai beberapa misi yaiti misi pelestarian terhadap kesenian tradisional, misi pariwisata dan misi penghargaan terhadap prestasi di bidang kesenian.
“Kami sengaja mengubah bentuk kesenian reog dan jathilan ini dengan kemasan yang lebih tertata, Kalau biasanya reog tampil di pinggiran, sekarang kami bawa dan dipertunjukkan agar ada penataan yang lebih baik ,khususnya ada penataan pada kostum agar lebih menarik,” katanya di sela-sela acara.
Tazbir menambahkan pihaknya berharap setelah kegiatan ini ada yang terseleksi dan nantinya dapat ditampilkan di event-event berikutnya, apalagi kegiatan ini mendapat apresiasi yang luar biasa dari masyarakat. “Selama ini kita hanya diperlihatkan pada tarian klasik, tarian panggung yang lebih lembut, nah sekarang kita coba tampilkan atraksi yang lebih atraktif luar ruangan,” imbuhnya.
Dalam Festival Reog dan Jathilan 2010 ini satu yang menarik adalah ketika kelompok kesenian dari Temanggung yang menampilkan kesenian jathilan yang lebih atraktif dari jathilan biasanya. Atraksi yang dikomandoi dua anak yang menggunakan topeng, kesenian dari kelompok Kuda Lumping Asmara Tunggal Kaloran Temanggung berlangsung komunikatif bahkan ada dialog dengan penonton. Serunya lagi anak-anak pengiring kelompok jathilan ini dengan kompak menyanyikan lagu anak-anak Sluku Bathok versi Rap.
Sementara kedua belas peserta tersebut diantaranya adalah Sanggar Bunda Pertiwi ( Kota Yogyakarta), Krida Bekso Lumaksana ( Bantul), Kala Singgah (Kulonprogo), Grup Reog Kalasan ( Sleman), Grup Reog Mekar Budaya (Gunungkidul), Jathilan Kuda Kuncara Sekti ( Bantul), Jathilan Incling Kokap (Kulonprogo), Grup Jathilan Minggir (Sleman), Grup Jathilan Desa Jeruk Wudel (Gunungkidul) dan Kuda Lumping Asmara Tunggal Kaloran (Temanggung).**(eyu).
Label: dispar, festival, jathilan, jogja, reog, so 1 maret, yogyakarta
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda