Sabtu, 31 Juli 2010

Dimas Diajeng Wakili Indonesia di International Discovery and Exchange in ASIA Project

Jogja – Dimas Diajeng Jogja 2009 patut berbangga karena mendapat kesempatan untuk mewakili Indonesia di International Discovery and Exchange in ASIA Project (IDEA Project) 2010 di Taipei, Taiwan 1-8 Agustus 2010. Delegasi Dimas Diajeng Jogja yang dikirim ke ajang internasional ini adalah Dimas Mega Cahya Nalasukma dan Diajeng Alfatika Aunuriella Dini.

Dimas Mega Cahya Nalasukma, yang berusia 22 tahun, merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan UGM semester akhir, sedangkan Diajeng Alfatika Aunuriella Dini, berusia 21 tahun adalah mahasiswi Fakultas Hukum UGM semester 6.

Dimas Diajeng Jogja ini dipastikan menjadi satu-satunya wakil Indonesia setelah sejumlah kota di Indonesia tidak mengirimkan wakilnya di event tahunan ini. Ajang Pertukaran Budaya Pemuda tingkat internasional yang digelar di National Taiwan University ini diikuti sekitar 20an perwakilan pemuda dan mahasiswa dari berbagai Universitas ternama di Asia, Eropa dan Amerika.

Bagi dua delegasi Dimas Diajeng Jogja, event yang diselenggarakan oleh National Taiwan University (NTU) dan International Seers Organization (ISO) ini sangat penting untuk memperkenalkan kebudayaan dan pariwisata Indonesia pada umumnya dan Daerah Istimewa Yogyakarta pada khususnya. Dalam kegiatan ini Dimas dan Diajeng Jogja yang terpilih akan mempresentasikan kebudayaan dan pariwisata Indonesia dan Yogyakarta serta mempresentasikan bidang pendidikan mengingat Yogyakarta sebagai Pusat Pendidikan di Indonesia. Selain itu Dimas Diajeng juga akan menampilkan Tari Golek Sulung Dayung yang akan dipersembahkan oleh Diajeng Alfatika Aunuriella Dini dan Nembang Mocopatan yang akan ditampilkan oleh Dimas Mega Cahya Nalasukma.

Menurut Kepala Dinas Pariwisata Propinsi DIY Drs.Tazbir, M.Hum, event internasional ini cukup penting untuk memperkenalkan Indonesia khususnya Yogyakarta. Dimas Diajeng yang terpilih untuk mengikuti ajang ini pun cukup memiliki kapasitas sesuai kemampuan yang dimiliki.

“Ini sangat membanggakan karena dimas diajeng ini adalah orang yang betul-betul menjadi duta yang diyakini mampu menjual pariwisata Indonesia dan Yogyakarta. Apalagi di Indonesia Dimas Diajeng adalah satu-satunya yang berangkat ke Taiwan mewakili Indonesia dan semoga ini bisa dijadikan promosi untuk Yogyakarta sekaligus pengalaman bagi dimas diajeng, karena Taiwan adalah market yang potensial untuk menjual Jogja,” katanya di Kantor Dinas Pariwisata DIY, Sabtu (31/7).

Sementara Dimas Mega Cahya Nalasukma mengaku bangga bisa mewakili DIY dan Indonesia untuk mengikuti event Internasional ini. Mega mengatakan Dirjen Promosi Departemen Budaya dan Pariwisata RI meminta kepada Dimas Diajeng Jogja untuk memperkenalkan budaya Yogyakarta dan Raja Ampat Papua.

“Kami memang belum pernah berkunjung ke Raja Ampat tapi nanti kami akan memberikan informasi tentang itu secara umum saja. Tapi kalau untuk Jogja, kami juga akan memperkenalkan budaya sekaligus membawa kerajinan Batik Kayu Bobung Gunungkidul yang akan dipresentasikan di depan perwakilan pemuda Internasional,” ungkapnya.

Diajeng Alfatika Aunuriella Dini menambahkan keikutsertaan dimas diajeng di ajang internasional ini menjadi yang pertama kali dan dalam konggres kepemudaan ini yang akan di blow up adalah masalah kebudayaan. “Otomatis kami akan memperkenalkan kebudayaan Jogja dan yang lebih prioritas adalah memberi pengenalan tentang kota Jogja dan kebudayaannya,” imbuhnya. **(eyu)

Label: , , ,

Sabtu, 17 Juli 2010

150 Karya Ilustrasi B Margono Dipamerkan

Jogja – Sebanyak 150 lukisan ilustrasi karya seniman asal Yogyakarta, B Margono yang dibuat dari tahun 1931-1950, dipamerkan di Bentara Budaya Yogyakarta, 13-21 Juli 2010. Pameran ilustrasi B Margono yang bertajuk “Seporet 1931-1950” ini merupakan pameran yang bertujuan untuk mendokumentasikan seniman ternama pada jamannya.

Pameran seni rupa ini mengajak para pengunjung, penikmat dan pecinta karya seni rupa untuk kembali ke masa lalu ke tahun 60 hingga 80 tahun dengan menyaksikan karya-karya ilustrasi dari seniman kelahiran 12 Februari 1901 ini. Ketertarikan B Margono terhadap tokoh petruk, membuatnya selalu menampilkan tokoh punokawan ini dalam setiap karyanya, oleh karena itu B Margono dan Petruk adalah dua sosok yang tak bisa dipisahkan.

Seniman yang memiliki nama lengkap Bonivasius Margono Darmo Pusoro ini mampu menghidupkan tokoh Petruk yang hidup dengan begitu segar sehingga mempunyai nilai sejarah yang luar biasa. Keahliannya dalam menciptakan ilustrasi Petruk inilah yang mengantar B Margono menjadi ilustrator tetap majalah Balai Pustaka dengan menjadi pengasuh rubrik “Rembagipun Petruk dan Gareng” dari pertengahan 30-an hingga 1941. Selain itu B Margono juga membuat ilustrasi untuk cerita cekak (Cerkak) serta ilustrasi untuk buku-buku pelajaran serta iklan pada perusahaan De Lamaar, Geovery dan Kolf Burning.

Karya-karya B Margono yang dipamerkan ini adalah karya ilustrasi yang sesuai bentuk aslinya seperti cerita bergambar dengan huruf Jawa, dan cerita bergambar dengan bahasa Jawa klasik serta ilustrasi lukisan. Semua bentuk ilustrasi yang dipamerkan ini tetap menghadirkan tokoh Petruk dan gareng yang dipersonifikasikan sebagai perjalanan hidup seorang B Margono. Selain itu dipamerkan pula lembaran-lembaran ilustrasi cerita rakyat yang dibuat B Margono yang dibuat pada tahun 1931. Lembaran-lembaran itu berisi ilustrasi Petruk dan Gareng dengan keterangan huruf Jawa.** (eyu)

Label: , , ,

Senin, 12 Juli 2010

Peyek Undur-Undur Berkhasiat Menurunkan Gula Darah

Kulonprogo - Peyek Kacang, Peyek Udang ataupun Peyek Kedelai dan Peyek Belut mungkin sudah tidak asing lagi di pendengaran kita bahkan setiap orang pernah menikmatinya. Namun pernahkah Anda menikmati peyek undur-undur laut ?

Buat Anda yang menyempatkan waktu liburan ke pantai glagah kulonprogo, pasti akan menemukan wisata kuliner yang satu ini. Peyek undur-undur mungkin memang masih asing dan belum banyak yang mengetahui tentang makanan khas pantai glagah yang satu ini. Dari namanya, bahan utama peyek ini adalah undur-undur laut.Undur-undur ini diperoleh mbah Darmo - penjual peyek undur-undur di pantai glagah kulonprogo - dari nelayan yang mencarinya di pantai glagah.Perempuan berusia 70 tahun ini sudah lama berdagang di kawasan ini.Mbah Darmo sendirilah yang membuat peyek ini di rumah. Untuk bisa mendapatkan undur-undur, Mbah Darmo harus merogoh kocek Rp.6000 per kilogram dari para nelayan.

"Undur-Undure saking segoro,mas.Asli mriki.Tumbase Rp.6000 per kilo tasih mentah.(undur-undurnya dari laut,mas. Asli sini,pantai glagah. Beli undur-undur mentah Rp.6000 per kilogram)," kata simbah yang sudah memiliki 11 cucu ini.

Peyek undur-undur laut ini dibuat dari beberapa bahan seperti tepung beras, tepung kanji,kuah santan,bawang putih,kemiri,tumbar,garam, kencur dan daun jeruk. Daun jeruk berfungsi sebagai penghilang bau amis pada undur-undur. Peyek yang sudah jadi dimasukkan ke dalam plastik dan dijual seharga Rp.5000 per bungkus. Per bungkusnya berisi lima peyek.Peyek yang menyerupai kulit melinjo ini menurut mbah Darmo baik untuk kesehatan bahkan berkhasiat untuk menurunkan gula darah. Kalau bicara soal rasa, dijamin rasanya gurih,renyah sedikit asin dan enak tentunya.

Peyek Undur-Undur laut ini memang masih sedikit ditemui di pantai glagah, dan yang masih setia menjual peyek ini hanyalah mbah Darmo, warga Sidorejo,Glagah Kulonprogo.Anda penasaran ingin menikmati kuliner yang satu ini? Bergegaslah ke pantai glagah.**(eyu)

Label: , ,

Kamis, 08 Juli 2010

Spektakuler,Mono Concert Mini Cabaret Hadi Soesanto

Jogja – Ada yang berbeda di penghujung perhelatan Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) ke-22 tahun 2010, semalam, Rabu (7/7). Seniman serba bisa Hadi Soesanto, SE (Sarjana Electone) mampu memberikan suasana segar lewat Mono Concert Mini Cabaret yang digelar di Gedung Societet Militer Taman Budaya Yogyakarta (TBY).

Konser tunggal sarjana electone yang dipandu MC, Lusi Laksita, Anang Batas dan Eko Bebek ini menjadi tontonan segar, selain membawakan lagu-lagu lewat iringan organ tunggalnya, Hadi Soesanto juga ditemani para dancer dan sejumlah penyanyi dangdut yang sudah cukup malang melintang di pentas hiburan di Yogyakarta. Mono Concert Mini Cabaret yang baru dimulai sekitar pukul 21.15 ini memang berbeda dengan konser-konser lainnya karena dalam konser ini berisi lagu-lagu dengan berbagai jenis musik seperti campur sari, dangdut, pop dan juga lagu mandarin. Acara yang didukung sejumlah penyanyi seperti Deasy Natalee, Eni Rosita, Endah Saraswati, Etha Siregar, Hana Maria, RiniWidyastuti, Susi Laura, Sonny Klau, dan Tiara Yantika ini dikemas secara segar dan menarik.

Dengan membawakan delapan lagu, Hadi Soesanto yang berganti kostum sebanyak tiga kali ini memang terlihat nyaman dengan garapan konser yang satu ini bahkan penonton pun merasa terhibur, bahkan celetukan dan guyonan dari sesama seniman pun mampu memberikan suasana menjadi lebih ramai.

Mono Concert Mini Cabaret ini menjadi pentas musik yang menarik dengan dukungan kostum dan tata artistik yang menarik sehingga sangat terkesan spektakuler tidak seperti elektone di setiap hajatan.

Pentas organ tunggal yang berdurasi 1 jam ini tidak hanya sebatas pentas saja tetapi juga diselipkan unsur drama seperti performance pantomimer Jemek Supardi saat mendampingi Endah Pelipur Lara yang membawakan lagu “C.I.N.T.A” – nya D`Bagindas versi campursari.

Pertunjukkan Mono Concert Mini Cabaret hasil garapan Alumnus Fakultas Seni Rupa dan Desain, Program Studi Seni Lukis, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta ini pun patut diacungkan jempol. Selain memberikan pentas musik yang berbeda, konser organ tunggal ini sekaligus menutup rangkaian Festival Kesenian Yogyakarta 2010.(eyu)

Label: , , , ,

Rabu, 07 Juli 2010

Sensasi Artistik Dalam Pameran “No Matter”

Jogja - Sebanyak 20 karya dua dimensi maupun tiga dimensi dipamerkan di Galeri Biasa, Suryodiningratan, dari tanggal 3-12 Juli 2010. Pameran seni rupa yang bertajuk “No Matter” ini merupakan pameran yang digelar 12 perupa muda dari berbagai daerah.

Pameran seni rupa “No Matter" ini merupakan kegiatan memvisualisasikan karya para perupa yang mencipta lewat meditasi, bermain-main, eksperimen teknik, penjelajahan wacana serta permenungan. Penciptaan karya ini pun tidak lepas dari pengaruh alam maupun lingkungan sekitar.

Para perupa muda ini sendiri berharap agar masyarakat selain dapat menikmati sensasi artistik karya-karya seni rupa, juga agar dapat menimbulkan rasa cinta dan penghargaan terhadap seni, yang sebenarnya adalah bagian dari manusia dan kehidupannya. Selain itu pameran seni rupa ini bertujuan menjalankan fungsi sosial seni, berupa mempermudah publik menangkap dan mencerna masalah yang ada di sekitarnya.

Pameran seni rupa “No Matter” ini juga memiliki keberagaman karya-karya yang saling bergesekan dan menyerap visual penikmatnya. Pengunjung pun dapat menikmatai suguhan karya-karya yang setia memiliki keseragaman mengeksplorasi figur. **(eyu)

Label: , , ,

Selasa, 06 Juli 2010

KRKB Gembiraloka Bangun Taman Reptil

Jogja – Untuk menarik kunjungan wisatawan dan menambah wahana, Kebun Raya Kebun Binatang (KRKB) Gembiraloka Yogyakarta terus melakukan pembenahan termasuk membangun Taman Reptil. Pembangunan Taman Reptil ini ditargetkan selesai sebelum Idul Fitri 2010 mendatang. Taman Reptil yang terletak di sebelah timur Akuarium ini nantinya akan berisi sekitar 100 ekor reptil dari 60 spesies.

Menurut Manager Marketing KRKB Gembiraloka, RAj. Dyah Tjokrokusumaningrum, Taman Reptil ini rencananya akan dilaunching pada Hari Raya Idul Fitri 2010 dan harapannya dengan adanya taman reptile ini dapat menambah jumlah pengunjung yang datang di Gembiraloka.

“KRKB Gembiraloka selama ini memakai maskot gajah, dan setelah adanya taman reptil ini, reptil juga akan menjadi maskot kami,” katanya.

Pembangunan taman reptil yang menelan biaya Rp.800 Juta hingga Rp. 1 Milyar ini akan menambah kekayaan KRKB Gembiraloka, apalagi selama ini Gembiraloka memiliki sepasang kura-kura bernama Aldabra yang usianya sudah mencapai 120 tahun. Dengan mengoleksi sepasang kura-kura Aldabra ini KRKB Gembiraloka menjadi satu-satunya Kebun Binatang di Indonesia yang memiliki kura-kura asal Seychelles ini.

“Saat ini pembangunan taman reptile ini baru mencapai 35 persen dan diharapkan dapat terselesaikan sebelum lebaran tahun ini,” paparnya. (eyu)

KRKB Gembiraloka Dibanjiri Pengunjung

Jogja – Memasuki masa liburan, Kebun Raya Kebun Binatang (KRKB) Gembiraloka kebanjiran pengunjung baik dari dalam maupun luar Yogyakarta. Masa liburan panjang maupun event muktamar seabad muhammadiyah menjadikan Kebun Raya Kebun Binatang Gembiraloka banyak didatangi pengunjung.

Berdasarkan data sejak awal juni hingga Selasa (6/7) jumlah pengunjung yang datang ke gembiraloka mencapai 159.152 orang pengunjung. Puncaknya pun terjadi pada Minggu (4/7) lalu yang mencapai 12.000 pengunjung dalam satu hari. Dibandingkan hari biasa, jumlah ini mengalami peningkatan mengingat pada hari normal gembiraloka hanya dikunjungi sekitar 400an orang per harinya, sedangkan hari minggu atau hari libur mencapai 3000an pengunjung per hari.

Manager Marketing Kebun Raya Kebun Binatang (KRKB) Gembiraloka Raj.Dyah Tjondrokusumaningrum,SE, Selasa (6/7) mengatakan KRKB bukan hanya tempat rekreasi saja tetapi tujuannya adalah sebagai tempat edukasi yang diharapkan dapat memberikan pendidikan bagi para pengunjung khususnya bagi para pelajar. Meskipun harga tiket masuk tidak dinaikkan namun jumlah pengunjung di masa liburan ini cukup luar biasa. Ningrum mengatakan selain karena masa liburan, sejak dioperasikannya wahana permainan yang baru sejak lebaran 2009 lalu, jumlah pengunjung KRKB Gembiraloka mengalami peningkatan 20%. Untuk masa liburan ini puncak keramaian pengunjung diprediksikan akan terjadi pada 10-11 Juli 2010.

“Wahana permainan yang baru ini antara lain perahu senggol, perahu motor,flying fox, sekuter air, hiu boat, kereta kelinci, perahu kayuh dan bebek perahu.dari jumlah wahana permainan yang baru ini wahana yang paling banyak digemari pengunjung adalah perahu motor dan kereta kelinci yang tarifnya relatif murah yakni Rp.5000 per orang,” katanya ketika ditemui di ruang kerjanya Selasa (6/7).

KRKB Gembiraloka sendiri masih menargetkan jumlah pengunjung mencapai 1.100.000 orang selama 2010 dan target ini diharapkan bisa tercapai pada Idul Fitri dan Natal. Menurut Ningrum, selama 2009 lalu tercatat ada 944.000 pengunjung dan diharapkan target peningkatan bisa tercapai pada 2010 ini. “Untuk tahun 2010 ini dari Januari hingga Juni sudah 486.000 orang yang datang ke KRKB Gembiraloka. Artinya kami optimis bisa mencapai angka satu juta lebih pada 2010 ini,” ujarnya. (eyu)

Kenaikan TDL Ratusan Karyawan Hotel Melati Terancam PHK

Jogja – Naiknya Tarif Dasar Listrik (TDL) per 1 Juli 2010 mengancam ratusan karyawan hotel kelas melati di Yogyakarta. Sebanyak 300 an hotel kelas melati yang ada di Yogyakarta, 150 diantaranya dalam kondisi mengkhawatirkan bahkan para karyawannya terancam di PHK.

Kondisi ini, menurut Sekretaris BPD Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY, Dedy Pranowo, bagaimana pun juga para pengusaha dan pengelola hotel kelas melati harus tetap memberikan pelayanan yang maksimal, tetapi juga bisa mengefisiensi pengeluaran operasional yang ada dan satu-satunya cara adalah dengan pengurangan karyawan.

“ Hotel Kelas Melati itu ibaratnya sebuah UMKM dan dengan kondisi seperti saat ini bagaimana pun juga hotel melati harus segera diselamatkan. Dan jika ingin efisien, pasti akan ada pengurangan karyawan. Inilah yang harus dicermati pemerintah agar dicari kebijakan lain,” ujarnya ketika dihubungi via telepon Selasa (6/7).

Pada dasarnya pengelola hotel khususnya kelas melati tidak menghendaki hal seperti ini namun situasi dan kondisi ini sebagai salah satu jalan keluar yang harus dilakukan. Dedy Pranowo yang juga Ketua Badan Promosi Pariwisata Kota Yogyakarta ini berharap agar pemerintah tidak tinggal diam menghadapi permasalahan kenaikan Tarif Dasar Listrik. Adanya kenaikan TDL, hotel kelas melati yang hampir 40 persen hingga 60 persen biaya operasional adalah biaya listrik, sangatlah berpengaruh. Dan ini akan mempengaruhi animo masyarakat yang akan menginap di hotel menjadi turun.

“Biaya operasional hotel makin tinggi, dan jika tarif hotel dinaikkan maka akan membuat orang yang akan menginap menjadi berpikir, menginap atau pulang. Inilah yang harus dipikirkan pemerintah, jika memang pemerintah mendukung pariwisata maka harus ada kebijakan baru,” paparnya.

Sementara untuk hotel berbintang, selama satu tahun ini – sampai Desember 2010 - masih terikat kontrak dengan travel agent tentang tarif hotel dan fasilitas lainnya, sehingga tidak mungkin menaikkan tarif hotel secara sepihak tanpa negosiasi dengan travel agent wisata, maupun perusahaan. (eyu)

Pameran “Kedamaian Hati” Warna-Warni Muktamar Muhammadiyah

Jogja - Sebanyak 80 karya seni rupa dipamerkan di Posnya Seni Godod, Suryodiningratan, untuk menyemarakkan muktamar seabad muhammadiyah. Pameran yang bertajuk “Kedamaian Hati” ini diikuti 30 perupa dari Yogyakarta yang berlangsung 3-16 Juli 2010.

Tidak hanya digelar di Posnya Seni Godod, Pameran ini juga digelar di Student Centre Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) 2-9 Juli 2010 dan di Sambung Seni Kampung Keloran 2- 16 Juli 2010.

“Momentum muktamar seabad muhammadiyah yang digelar di Yogyakarta menjadi momen yang tepat bagi para seniman untuk memamerkan karyanya. Kedamaian Hati sendiri merupakan suatu pesan moral yang universal, tidak memandang ras, agama, politik, status sosial, dan lain-lain”, kata Godod Sutejo penggagas pameran ini.

Pameran “Kedamaian Hati” yang merupakan ungkapan rasa terima kasih para seniman kepada peradaban Islam yang telah mewarnai dan menjadi inspirasi penciptaan karya seni mereka ini menampilkan karya-karya terbaik, baik dua dimensi maupun tiga dimensi. Dari 30 perupa yang memamerkan karyanya, beberapa perupa yang sudah sangat terkenal di dunia seni rupa Indonesia yakni Amri Yahya (Alm), Agus Kamal, Albara, Ashady, Bambang Ap, Darvies Rasidi, Edi Sunarso, Elvis, Godod Sutejo, Hendra Buana, Harsono, Hamzah, Kamiran Suryadi, Komroden, Mujar Sanskerta, Nasirun, Robert Nasrullah, Rispul, Syaiful Adnan, Syahrizal Koto, Susiknan Azhari, Tulus Warsito, Titik Sadin, Winarso, Yetmon Amir, Yasrul Sami, Yunizar, Masrizal, Zulkarnaini, dan Zulhelman.

Berbagai pameran dan kegiatan seni diselenggarakan oleh Muhammadiyah selama ini dan budaya Islam banyak menjadi inspirasi bagi para perupa baik dalam hidup maupun proses kreatif mereka dalam menciptakan karya seni. Setidaknya ini terlihat pada seni kaligrafi Arab yang telah menyebar di Indonesia dan menginspirasi banyak seniman untuk lebih mengembangkan seni rupa Indonesia”, kata Syaiful Adnan, ketua panitia pameran ini.**(eyu)

Label: , , ,