YOGYAKARTA TARGETKAN SELURUH IPAL KOMUNAL BERBASIS MASYARAKAT
Pemerintah Kota Yogyakarta memasang target menjadikan seluruh instalasi pengolahan air limbah komunal yang masih berfungsi dengan baik berstatus sebagai sanitasi berbasis masyarakat.
"Saat ini ada beberapa IPAL komunal dalam kondisi yang kurang baik, tetapi masih bisa berfungsi. IPAL seperti inilah yang akan kami dorong untuk menjadi sanitasi berbasis masyarakat," kata Wali Kota Yogyakarta Herry Zudianto usai meresmikan Sanimas Ngudi Waras di Kampung Gambiran Kelurahan Pandeyan Kecamatan Umbulharjo Yogyakarta, Sabtu.
Menurut dia, pembangunan IPAL seharusnya didasari atas kebutuhan dan kesadaran masyarakat dan bukan atas prakarsa pemerintah, sehingga harus ada kemauan lebih dulu dari masyarakat baru kemudian ada pembangunan fisik.
Ia menyatakan, akan melakukan evaluasi secara bertahap terhadap kondisi dari seluruh IPAL komunal yang ada di Kota Yogyakarta sekaligus mendorong masyarakat untuk memiliki kesadaran tentang pentingnya sebuah IPAL komunal bagi kesehatan.
"Kuncinya adalah komunikasi dengan masyarakat. Targetnya, sebelum saya selesai menjabat pada 2011 nanti, seluruh IPAL tersebut sudah berbasis masyarakat," lanjutnya.
Ia menegaskan, komunikasi tersebut penting dilakukan karena masih ada sebagian masyarakat yang belum mengerti atau belum menyadari pentingnya sebuah IPAL komunal, khususnya masyarakat yang berada di daerah padat sepanjang sungai.
Sementara itu, Kepala Seksi Pemulihan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta Peter Lawoasal menyatakan, di Kota Yogyakarta terdapat 45 IPAL komunal, dengan empat diantaranya sudah berbasis masyarakat.
Keempat IPAL komunal yang sudah berbasis masyarakat tersebut terletak di Kampung Gambiran sebanyak dua unit yaitu di RT 30 dan RT 47, di Kelurahan Muja Muju dan di Kelurahan Cokrodiningratan. Dari keempat sanimas tersebut, tiga diantaranya sudah dapat mampu menghasilkan biogas.
"Jumlah IPAL komunal itu memang masih kurang, tetapi terkadang masyarakat juga belum memiliki kesadaran tentang pentingnya sebuah IPAL dan merawatnya," katanya.
Ia menyatakan, masyarakat Kota Yogyakarta masih kerap menginginkan seluruh biaya pembangunan IPAL ditanggung oleh pemerintah, termasuk biaya pemasangan saluran dari tiap rumah tangga ke IPAL.
"Padahal, biaya penyambungan saluran itu tidak mahal, sekitar Rp100 ribu saja. Seharusnya masyarakat mamu," lanjutnya.
Sementara itu, Sanimas Ngudi Waras yang terletak di RT 30 Gambiran dibangun dengan dana sebanyak Rp304 juta dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Yogyakarta 2008, APBN 2008 dan bantuan material dari salah satu lembaga sosial masyarakat BORDA serta dana dari masyarakat.
"Sudah ada 67 kepala keluarga dari 110 kepala keluarga yang telah memanfaatkan sanimas ini," kata Ketua Panitia Penyelenggara Pembangunan Sanimas Ngudi Waras Rysugiantoro.
Pihaknya menyatakan, pembangunan sanimas tersebut dapat mengurangi jumlah limbah rumah tangga yang dibuang langsung ke Sungai Gadjah Wong yang melintas di belakang kampung tersebut.
Pemeliharaan sanimas tersebut, lanjut dia, dibebankan kepada masyarakat yaitu setiap kepala keluarga yang memanfaatkan fasilitas tersebut diwajibkan membayar iuran minimal Rp2.000 per bulan.
"Kami juga melakukan pengurasan terhadap sedimentasi yang terbentuk di dalam IPAL setiap enam bulan sekali. Sedimen itu kemudian dibuang ke Sewon," katanya.
Ia yang juga tergabung dalam komunitas Kampung Hijau RW 8 Gambiran selalu mengingatkan masyarakat untuk tidak terlalu banyak membuang deterjen, atau minyak ke IPAL dan menyiram dengan air panas secara rutin dua kali per bulan untuk melarutkan lemak di dalam saluran.
"Kondisi kampung sekarang sudah lebih tertata dan tidak lagi terlihat kumuh seperti 10 tahun lalu," katanya.(Ant)
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda